YUNUS A.S. DAN KAUMNYA

Allah swt. mengutus Yunus bin Matius a.s. ke penduduk Nainawa di tanah Mosul. Dia mengajak mereka untuk menyembah Allah swt. dan meninggalkan apa yang sedang mereka sembah berupa berhala dan patung. Lama dia melakukan itu dan dia tetap melihat penolakan dan kesombongan mereka yang melampaui batas. Dia pun marah dan pergi meninggalkan mereka dan mengancam akan diturunkan kepada mereka azab Allah setelah tiga tahun. Yunus tidak mau menunggu perintah Tuhannya dan tidak mau bersabar dalam berdakwah mengajak mereka.
    “Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.” (al-Qalam: 48)
    Yunus adalah pemilik cerita ikan besar. Dia pergi membawa kemarahan dan meninggalkan kaumnya dengan menaiki kapal mengarungi laut, perahu kapal itu diguncang oleh ombak dan hampir menenggelamkan semua orang yang ada di atasnya.
    Manusia pada zaman itu, apabila mereka berada di atas kapal yang hampir tenggelam, mereka akan mengadakan undian. Barangsiapa yang terkena undian itu, dia harus menyeburkan dirinya ke laut agar bisa meringankan beban kapal setelah terlebih dahulu mereka membuang ke laut barang-barang bawaan mereka.
    Undian itu jatuh pada diri Yunus a.s., namun orang-orang yang ada di atas kapal itu menolak kalau orang yang saleh itu harus menyeburkan dirinya ke laut. Mereka lalu mengulang kembali undian tadi untuk kedua dan ketiga, namun tetap saja undian itu jatuh kepadanya. Akhirnya Yunus pun menyadari bahwa itu adalah kehendak Allah swt., hingga dia pun langsung menyeburkan diri ke laut. Allah lalu memerintahkan ikan yang besar untuk menelannya tanpa harus menyakitinya.
    “Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul, (ingatlah) ketika dia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian). Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.” (as-Shaaffaat: 139-142)
    Dengan kudrat dan kekuatan Allah, Yunus berada di dalam perut ikan besar itu dalam keadaan selamat. Pada awalnya dia menganggap bahwa dirinya telah mati, dia pun menggerakkan anggota tubuhnya. Ternyata, anggota tubuhnya itu bergerak. Dia pun sadar bahwa dia masih hidup. Dia lalu langsung sujud bersyukur kepada Allah dengan berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah menjadikannya tempat sujud kepada-Mu yang tidak ada satu orang pun menyembah Engkau seperti tempat ini.”
    Selama Yunus berada dalam perut ikan besar seperti yang dikehendaki Allah, dia terus berdoa kepada-Nya dan berzikir kepada-Nya dengan doa ini,

“Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”
    Kalau tidak ada doa dan istigfar ini, Yunus akan terus berada di dalam perut ikan besar sampai hari Allah akan bangkitkan seluruh makhluk ciptaan-Nya.
    Allah swt. berfirman, “Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul, (ingatlah) ketika dia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian). Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai Hari Berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih, sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.” (as-Shaffaat: 139-148)
    Dan tentang doa dan istigfar Yunus, Allah swt. berfirman, “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.’ Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (al-Anbiyaa`: 87-88)
    Rasulullah saw. bersabda,

“Nama Allah yang apabila Dia dipanggil dengan nama itu, Dia akan menjawab. Apabila diminta dengannya, Dia akan memberi, yaitu doa Yunus bin Matius.”
    Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu khusus untuk Yunus saja ataukah umum untuk umat Islam?” Beliau berkata, “Doa itu khusus untuk Yunus dan juga orang-orang yang beriman secara umum apabila mereka berdoa dengannya, tidakkah kamu mendengar firman Allah swt., ‘…maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.’ Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (al-Anbiyaa`: 87-88)
    “Itu merupakan sebuah janji dari Allah bagi orang-orang yang berdoa dengannya.” 
    Dan doa Yunus a.s. ini terdiri dari awalannya tauhid bagi Allah dan tengahnya adalah zikir kepada Allah dan akhirnya adalah istigfar kepada Allah. Allah swt. menyelamatkan Yunus dari perut ikat besar dan mengutusnya kembali kepada kaumnya sementara semua telah beriman setelah kepergian Yunus a.s. meninggalkan mereka dan mengancam akan azab Allah. Allah swt. mengetuk ke dalam hati mereka dengan rasa takut kepada-Nya, tobat, serta mohon ampun dan keimanan sehingga mereka semua merasa menyesal atas apa yang telah mereka lakukan terhadap nabi mereka Yunus a.s..
    Mereka pun lantas memakai pakaian compang-camping, mereka memisahkan semua binatang dari anaknya kemudian mereka berteriak kepada Allah dengan teriakan lantang, dengan tangis dan kekhusyukan doa, baik laki-laki, perempuan dan anak-anak dan orang-orang tua, semuanya menangis. Kemudian semua binatang hewan peliharaan dan binatang lainnya pun datang dengan suaranya, saat itu suasana sangat mencekam. Kemudian Allah swt. dengan rahmat dan kasih sayang-Nya menghapus azab-Nya yang hampir saja diturunkan kepada mereka.
    Yunus pun kembali ke kaumnya setelah mereka beriman dan dia menyadari kesalahannya dengan bersabar atas mereka. Lantas dia pergi meninggalkan mereka tanpa ada izin dari Allah. Sesungguhnya hidayah itu adalah milik Allah dan bagi rasul adalah hanya menyampaikan dengan jelas.
    “Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih, sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.” (as-Shaffaat: 147-148)
    Juga Allah berfirman tentang mereka, tentang tobat dan kembalinya mereka kepada Allah, “Mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman. Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai pada waktu yang tertentu.” (Yunus: 98)
    Betapa manisnya kembali kepada Allah swt. dan bertobat kepada-Nya sehingga mendapatkan magfirah dan keridhaan-Nya. Sesungguhnya ini kemenangan yang sangat besar di dunia dan akhirat dan Allah akan senantiasa menyelamatkan orang yang bertobat dan kempali kepada-Nya dari kenistaan dunia dan akan memberinya nanti surga-Nya di akhirat.

Ketika Akan Wafat Dia Menangis Lalu Setelah Itu Tertawa

Ibnu Jauzi rahimahullah menceritakan dari Afirah al-Abidah bahwa Mu’adzah binti Abdullah al-Adawiyah rahimahallah ketika ajal akan menghampirinya, dia menangis lalu tertawa. Hal itu ditanyakan kepadanya, “Kenapa kau menangis kemudian tertawa?”
Dia menjawab, “Adapun tangis yang kalian lihat, hal itu karena aku teringat bahwa apabila aku mati aku akan berpisah dengan puasa, shalat, dan zikir. Maka, aku pun menangis karena sedih berpisah dengan semua itu. Sementara senyum dan tertawa yang kalian lihat, hal itu karena aku melihat suamiku (yang telah wafat lebih dulu) datang di tengah-tengah rumah memakai dua gamis hijau yang indah bersama bidadari-bidadari yang banyak yang tidak kulihat yang seperti mereka di dunia, sehingga aku tersenyum pada suamiku. Aku kira aku tidak akan mendapatkan lagi shalat berikutnya bersama kalian.”
Dan memang dia wafat sebelum masuknya waktu shalat berikutnya.