TOBAT PENUNGGANG KUDA MUSYRIK DI TANGAN IBNU MUBARAK

Ibnu Mubarak rahimahullah dalam kitabnya al-Jihad dari Hasan bin Rabi’ berkata, “Ada seorang penunggang kuda bertopeng dari kaum Muslimin yang keluar. Dia membunuh seorang penunggang kuda dari kelompok musuh yang telah membunuh orang Islam. Maka, kaum Muslimin meneriakkan takbir karena keberaniaannya.Dia langsung menyusup ke kerumuman orang banyak dan tidak ada satu pun orang yang mengenalinya.”
    Hasan bin Rabi’ berkata, “Akan tetapi aku mengikutinya sampai akhirnya aku memintanya dengan bersumpah pada Allah agar dia membuka topengnya. Aku pun mengenalinya dan ternyata dia adalah Abdullah Ibnu Mubarak.”
    Aku bertanya kepadanya, “Apakah kamu telah menutup-nutupi dirimu, padahal Allah swt. telah memberikan kemenangan besar lewat “tangan dan keberanianmu?”
    Dia menjawab,  “Apa yang telah aku lakukan untuk-Nya. Dia Mahatahu atas segala apa pun.”
    Kemudian ada seorang penunggang kuda dari barisan musuh yang keluar. Ibnu Mubarak segera memanggilnya. Lantas datang waktu shalat, Ibnu Mubarak meminta si penunggang kuda yang musyrik untuk menjauh sedikit karena dia akan melaksanakan shalat dua rakaat. Ketika dia telah menyelesaikan shalatnya, orang musyrik itu berkata kepadanya, “Dan aku pun harus shalat!!”
    Si penunggang kuda yang musyrik itupun shalat dengan menghadap ke matahari. Ketika dia sujud, Ibnu Mubarak berkata, “Terbetik dalam benakku untuk mengkhianatinya, namun tiba-tiba aku mendengar suara yang aku sendiri tidak dari mana asalnya, ‘…dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.’ (al-Israa`:  34)
    Aku pun menjauhi pengkhianatan itu. Ketika si penunggang kuda musyrik itu bertanya kepadaku, “Kenapa kamu bergerak?”
    Aku menjawab, “Aku ingin mengkhianatimu, akan tetapi aku diperintahkan untuk menjauhinya.”
    Dia berkata, “Yang memerintahkanmu untuk menjauhi khianat telah memerintahkanku untuk beriman.”
    Setelah itu si penunggang kuda itu masuk ke dalam barisan orang-orang Islam, si penunggang kuda yang tadinya musyrik kini pindah dari barisan musyrik ke barisan iman dan pasukan pembela kebenaran. Dan begitulah keimanan memperlakukan para pemiliknya dan kita telah menyaksikan bahwa memenuhi janji harus tetap dilakukan baik kepada orang Islam atau kepada non-Islam, dan kita tidak seperti orang-orang Yahudi yang mengatakan, “Tidak ada jalan atas kami bagi orang-orang selain Yahudi.”
    Ummi adalah orang-orang selain Yahudi yang boleh untuk dikhianati dan boleh memperlakukan apa saja terhadap mereka walaupun hal tersebut dilarang dalam agama Yahudi, mereka bisa melakukan itu. Allah swt. telah mencela perbuatan mereka seperti itu dalam kitab-Nya Al-Qur’anul Karim dan telah memerintahkan kita untuk selalu menepati janji.

Aku Kadokan Hati dan Hawa Nafsuku kepada Allah

Malik bin Dinar berkata, “Ketika aku sedang thawaf di Baitullah, tiba-tiba aku melihat seorang wanita di Hijir Ismail sedang bermunajat kepada Tuhan seraya berkata, ‘Aku datang kepada-Mu dari daerah yang jauh mengharap kebaikan-Mu, maka karuniakanlah kepadaku kebaikan-Mu yang membuatku tidak lagi membutuhkan kebaikan dari selain-Mu, wahai Zat yang mengaruniakan kebaikan.’”
Malik melanjutkan, “Aku ceritakan hal itu kepada Ayub Sakhtayani, lalu kami mencari rumahnya dan menemuinya. Ayub berkata kepadanya, ‘Berikanlah kepada kami sebuah nasihat, semoga Allah merahmatimu.’
Dia berkata, ‘Nasihat apa yang akan aku berikan? Aku hanya bisa mengadukan hati dan hawa nafsuku kepada Allah. Keduanya telah menyusahkan dan melalaikanku dari ibadah kepada Tuhanku. Pergilah kalian, karena aku akan segera menutup lembaranku.’
Ayub berkata, ‘Sebelumnya aku tak pernah tertarik kepada seorang wanita.’ Lalu aku berkata kepadanya, ‘Seandainya kamu menikah dengan seseorang yang akan membantumu dalam ibadah dan ketaatan.’
Dia berkata, ‘Kalau orang itu adalah Malik bin Dinar atau Ayub Sakhtayani aku tak mau.’
Kemudian dia kembali shalat. Kami menanyakan kepada orang-orang tentang dirinya. Mereka berkata, ‘Dia adalah Malikah bintil Munkadir.’ Semoga Allah merahmatinya.”