Ridha terhadap Pilihan Allah

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menyebutkan di dalam kitab Madaarijus Saalikiin, bahwa pada suatu hari seseorang berkata kepada Husein bin Ali  rahimahullah., “Abu Dzar r.a. berkata, “Kefakiran lebih saya sukai dari pada kekayaan. Sakit lebih saya sukai dari pada kondisi sehat”.
Maka Husein bin Ali berkata, “Semoga Allah mengasihi Abu Dzar. Kalau saya, maka saya katakan, “Barang siapa yang bertawakkal terhadap pilihan Allah, maka dia tidak menginginkan selain yang ditetapkan oleh Allah kepadanya”.
Saya ( penulis ) katakan, “Itulah ridha kepada qadha Allah dalam senang dan susah, karena semua itu adalah ujian dari Allah. Dan Allah lebih tahu tentang kondisi hamba-hamba-Nya dari pada diri mereka sendiri.
Karena di antara hamba-hamba-Nya ada yang lebih cocok dengan kondisi kaya, ada juga yang lebih cocok dengan kefakiran.
Yang penting adalah ridha dengan pilihan Allah Swt..

Sibukkan Dirimu dengan Sesuatu yang Bermanfaat

Ibnu Abid Dunya menceritakan dari Wuhaib ibnul Wird, dia berkata, “Ada seseorang menceritakan, ‘Ketika aku sedang melintasi sebuah daerah di Romawi, tiba-tiba aku mendengar sebuah suara, ‘Wahai Tuhan, aku heran kepada manusia yang mengenal-Mu kenapa dia masih mengharap selain dari-Mu?’
Kemudian suara itu terdengar kembali, ‘Wahai Tuhan, aku heran kepada orang yang mengenal-Mu kenapa dia masih meminta bantuan selain kepada-Mu?’
Ketiga kalinya suara itu terdengar lagi, ‘Wahai Tuhan, aku heran kepada orang yang mengenal-Mu, kenapa dia bersedia memperoleh murka-Mu demi ridha orang lain?’
Laki-laki itu melanjutkan, ‘Kemudian aku berteriak, ‘Jin atau manusia?’ Suara itu menjawab, ‘Manusia. Sibukkan dirimu dengan sesuatu yang bermanfaat bagimu dan berpalinglah dari hal yang tidak bermanfaat.’’
Itu merupakan nasihat berharga dari seorang hamba yang meninggalkan dunia pada pemburunya dan lebih mengejar apa yang di sisi Allah.”