Peminum Khamar Dan Kelapangan Setelah Kesempitan

Qadhi at-Tanukhi menceritakan bahwa ada dua orang lelaki yang dibawa menghadap salah seorang gubernur. Salah satu diantara keduanya terbukti seorang atheis sementara yang satu lagi terbukti telah minum khamar. Terhadap si atheis dijatuhkan hukuman mati sementara peminum khamar akan didera.

Sang Gubernur menyerahkan kedua lelaki itu pada salah seorang pembantunya dan berpesan: "Bunuh yang satu ini (yang ia maksudkan adalah sang atheis) dan deralah yang satu ini (yang ia maksudkan adalah peminum khamar)."

Ketika pembantu itu menggiring kedua tertuduh tersebut untuk melaksanakan perintah sang Gubernur, tiba-tiba si peminum khamar berkata: "Wahai tuan Gubernur, serahkan aku pada orang selainnya untuk menghukumku, karena aku khawatir ia akan keliru sehingga ia malah membunuhku dan mendera temanku ini (maksudnya si atheis), dan kesalahan dalam hal ini tidak bisa ditolerir."

Mendengar hal itu sang Gubernur tertawa. Akhirnya ia dibebaskan dan si atheis tetap dibunuh.  

TOBAT ABUL KHAIR AT-TINYANI

Ibnul Jauzi dalam kitabnya Shifatush Shafwah menyebutkan bahwa Abul Khair berada di sebuah pegunungan Antakia dan daerah sekitarnya. Dia terus mencari yang mubah dan dibolehkan agama dan tidur di antara pegunungan itu. Dia berjanji dan bersumpah kepada Allah untuk tidak akan memakan dari buah-buahan di pegunungan itu kecuali yang jatuh tertiup angin.
    Pernah suatu saat sampai beberapa hari tak satu pun buah yang jatuh ditiup angin. Suatu hari dia melihat sebuah pohon pir, dan rasa kepinginnya timbul tapi dia tidak mau melakukannya. Tiba-tiba angin meniup ranting buah itu ke arah dan mendekat dengannya, dia pun memetiknya satu buah lantas memakannya.
    Ternyata, daerah itu banyak didiami para pencuri dan penyamun. Mereka akhirnya ditangkap oleh penguasa daerah itu dan membawa mereka dan di antara mereka yang tertangkap ada Abul Khair. Amir penguasa itu memerintahkan untuk memotong tangan dan kaki mereka. Tangan Abul Khair pun dipotong. Namun, ketika mereka hendak ingin memotong kakinya, ada seseorang yang mengenalinya dan berkata kepada Amir, “Anda telah mencelakan diri Anda, ini adalah Abul Khair.”
    Sang amir pun menangis dan memintanya agar dia bisa memberi sebuah jawaban, dia pun melakukannya dan berkata, “Aku mengetahui dan menyadari dosaku.”
    Dia menunjukkan bahwa dia telah memakan buah pir, itu berarti dia telah melanggar apa yang telah dia ikrarkan di hadapan Allah.
    Penulis katakan bahwa demi Allah, wahai Abul Khair, rahmat dan maghfirah serta ampunan Allah pasti engkau dapatkan di hari Kiamat nanti.

TOBAT ABU THALHAH AL-ANSHARI

    Seorang shahabiyah yang bernama Ummu Sulaim bin Milhan r.a. sangat konsen dalam mendidik dan mengurus anaknya, Anas bin Malik, setelah kematian suaminya. Dia tergolong orang-orang yang masuk Islam sebelum hijrahnya Rasulullah saw. ke Madinah bersama mereka yang masuk Islam dari tangan Mush’ab bin Umair r.a.. Abu Thalhah al-Anshari datang melamarnya, padahal dia masih dalam keadaan kafir dan belum masuk Islam. Ummu Sulaim pun menolaknya. Namun, Thalhah tetap mengulang-ulang permohonannya. Hingga kemudian Ummu Sulaim berkata kepadanya, “Wahai Abu Thalhah, orang seperti kamu tidak layak ditolak, namun kamu adalah orang yang masih kafir, sementara aku adalah wanita muslimah dan aku tidak boleh menikah denganmu (orang kafir).”
    Abu Thalhah berkata, “Siapa orang yang bisa memecahkan masalahku ini?”
    Dia menjawab, “Hal itu bisa dilakukan oleh Rasulullah saw..”
    Ummu Sulaim meminta mahar perkawinannya adalah keislaman Abu Thalhah yang hanya karena Allah swt.. Kemudian Abu Thalhah pun segera berangkat menemui Rasulullah saw.. Ketika itu beliau saw. sedang duduk bersama para sahabat beliau. Ketika beliau melihatnya, beliau berkata, “Datang kepada kalian Abu Thalhah di mana Islam telah terpancar di kedua matanya.”
    Abu Thalhah segera menceritakan kepada Rasulullah saw. apa yang telah dikatakan oleh Ummu Sulaim. Dia langsung mengumandangkan keislamannya dengan mengucap dua kalimat syahadat. Dengan itu dia menikahi Ummu Sulaim, dan maharnya ini menjadi mahar yang paling mulia dalam Islam. Semoga Allah meridhai keduanya.