Aneh Seorang yang Lemah Melawan kepada yang Kuat

Ibnu Qudamah menceritakan dari Sari as-Saqthi, dia berkata, “Suatu hari aku berceramah di masjid kota. Kemudian masuklah seorang pemuda yang gagah dengan pakaian yang indah dan mahal bersama pembantu-pembantunya. Dia mendengar aku mengatakan bahwa alangkah aneh seorang yang lemah melawan kepada yang kuat.”
Tiba-tiba wajahnya pucat, lalu  dia pergi. Keesokan harinya aku kembali duduk di majelisku. Tiba-tiba pemuda itu datang lagi. Dia mengucapkan salam lalu shalat dua rakaat. Kemudian dia berkata, “Wahai Sari, aku dengar kemarin kau berkata, ‘Alangkah aneh seseorang yang lemah melawan yang kuat,’ apa maknanya itu?”
Aku berkata, “Tidak ada yang lebih kuat daripada Allah, dan tidak ada yang lebih lemah daripada hamba, sementara itu dia masih bermaksiat kepada-Nya.”
Pemuda itu lalu bangkit dan keluar. Esoknya, dia kembali datang sendirian memakai dua pakaian yang serba putih tanpa ditemani siapa-siapa.  Dia bertanya, “Wahai Sari, bagaimana jalan menuju Allah?”
Aku berkata, “Kalau yang kau maksudkan ibadah, maka kau mesti berpuasa pada siang dan qiyam pada malam hari. Tetapi, kalau kau menginginkan Allah, maka tinggalkan segala hal selain Allah, niscaya kau akan sampai kepada-Nya. Tidak ada jalan lain selain masjid dan kuburan.”
Pemuda itu bangkit lalu berkata, “Demi Allah, aku akan menempuh jalan yang paling sulit!” Lalu dia pergi.
Beberapa hari setelah itu, para pembantu pemuda itu datang menemuiku. Mereka bertanya, “Apa yang dilakukan oleh Ahmad bin Yazid al-Katib?”
Aku menjawab, “Aku tidak mengenalnya. Tetapi, kemarin ada seorang pemuda yang cirinya begini dan begitu datang kepadaku, dan terjadilah dialog begini dan begitu antara aku dengannya, tetapi aku tidak tahu siapa dia sesungguhnya.”
Mereka berkata, “Kami ingin kau bersumpah, jika kau mendapat informasi tentangnya, tolong beri tahu kami!” Mereka lalu menunujukkan kepadaku rumah pemuda itu.
Sudah setahun aku tak pernah mendengar tentangnya. Suatu kali, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Setelah aku izinkan masuk, ternyata dia adalah pemuda tersebut yang datang sambil membawa sekantong biji-bijian. Dia lalu mencium kedua mataku dan berkata, “Wahai Sariy, semoga Allah membebaskanmu dari neraka, sebagaimana kamu telah membebaskanku dari penjara dunia.”
Aku lalu memberi isyarat kepada temanku untuk memberi tahu keluarga pemuda itu. Setelah itu, istrinya datang dengan membawa anaknya serta pembantu-pembantunya. Wanita itu masuk, lalu menyerahkan anak itu ke pangkuan suaminya. Anak itu mengenakan berbagai macam perhiasan. Wanita itu berkata, “Tuan, kau telah membuatku janda, padahal kau masih hidup, dan kau telah membuat anak ini yatim, padahal kau masih hidup.”
Sari berkata, “Pemuda itu menoleh kepadaku dan berkata, ‘Wahai Sari, ini bukan sebuah kesetiaan.’ Kemudian dia menatap wajah istrinya dan berkata, ‘Demi Allah, kau adalah buah hatiku dan kekasih hatiku, dan sesungguhnya anakku ini adalah harta yang paling berharga bagiku, tetapi orang ini (maksudnya Sari) telah memberitahuku bahwa siapa yang menginginkan Allah mesti memutuskan segala sesuatu selain-Nya.”
Kemudian dia mencabut segala perhiasan dan pakaian mewah anak itu, dan dia berkata, “Letakkan semua ini di jantung-jantung yang lapar dan tubuh-tubuh yang telanjang.”
Lalu dia memotong kantong tersebut, kemudian dia membalutkan ke tubuh anaknya. Istrinya berkata, “Aku tidak mau melihat anakku dengan kondisi seperti ini.”
Wanita tersebut mengambil kembali semua perhiasan itu dari suaminya. Ketika dia sibuk dengan itu, suaminya bangkit dan berkata, “Kalian telah menyia-nyiakan malamku, Allah yang akan memutuskan antaraku dengan kalian.”
Lalu  dia keluar. Rumah bagaikan pecah dengan suara tangis. Istrinya berkata, “Kalau kau kembali mendengar beritanya, tolonglah beri tahu aku!”
“Baik,” jawabku.
Beberapa hari setelah itu, datanglah seorang wanita tua dan berkata, “Wahai Sari, di Syuniziyah (daerah kuburan di kota Baghdad) ada seorang pemuda yang meminta kepadamu untuk datang menemuinya.”
Aku pun kesana. Ternyata tubuhnya telah berada di dalam lubang tanah, dan di bawah kepalanya ada batu bata. Aku mengucapkan salam kepadanya. Dia lalu membuka kedua matanya lalu berkata, “Wahai Sari, menurutmu apakah dosa-dosa itu akan diampuni?”
“Ya,” jawabku.
“Untuk orang sepertiku?”
“Ya.”
“Aku sudah tenggelam.”
“Dialah penyelamat hamba-hamba yang sudah tenggelam.”
“Aku banyak berbuat kezaliman.”
“Dalam hadits disebutkan, ‘Sesungguhnya nanti di hari Kiamat akan didatangkan seorang yang bertobat bersama musuh-musuhnya (orang-orang yang pernah dizaliminya, pent.).’ Lalu dikatakan kepada mereka, ‘Bebaskan dia, sesungguhnya Allah yang akan menggantinya untuk kalian.’”
Pemuda itu berkata, “Wahai Sari, aku memiliki beberapa dirham dari hasil mengumpulkan biji-bijian. Kalau aku mati, belikanlah segala yang diperlukan untuk mengafaniku, dan jangan beri tahu keluargaku agar mereka tidak mengubah kafanku dengan sesuatu yang haram!”
Sari berkata, “Lalu aku duduk di dekatnya sebentar, kemudian dia membuka kedua matanya, lalu dia mengatakan untuk keadaan seperti inilah hendaknya manusia beramal.”
Kemudian  dia wafat. Aku ambil dirham itu, dan aku belikan segala yang diperlukan untuk mengafaninya, lalu aku kembali kepadanya. Tiba-tiba aku lihat orang-orang berlari tergesa-gesa. Aku bertanya kepada mereka, “Ada apa?”
Mereka menjawab, “Seorang wali di antara wali-wali Allah telah wafat, kami ingin menshalatkannya.” Aku segera meraih jasadnya, aku memandikannya dan kami memakamkannya.
Beberapa lama setelah itu, datanglah keluarganya bertanya tentang kabarnya. Sari memberitahukan kepada mereka tentang kematiannya. Istrinya datang sambil menangis dan Sari menyampaikan kepadanya kondisi terakhir suaminya. Dia memintaku untuk menunjukkan kuburannya. Aku berkata, “Aku khawatir kalian akan mengubah kuburannya.”
“Tidak, demi Allah,” jawab istrinya.
Lalu aku perlihatkan kuburan suaminya.  Dia tidak bisa menahan tangis. Dia minta didatangkan dua orang saksi, lalu aku datangkan. Kemudian dia merdekakan budaknya, mewakafkan segala hartanya berupa bangunan, dan menyedekahkan semua uangnya.  Dia terus berada di kubur suaminya sampai dia wafat. Semoga Allah merahmati keduanya.