AKU MEMOHON AGAR UMUR PENUTUPKU DIJADKAN YANG TERBAIK

Sa’id al-Azraq al-Bahili berkata, “Pada suatu malam aku melaksanakan thawaf di Ka’bah. Ketika aku sedang thawaf, tiba-tiba ada seorang wanita di dalam Hijr Isma’il menghadap ke Ka’bah dengan tangisannya yang tersedu-sedu. Aku pun mendekatinya dan dia sedang bermunajat, ‘Wahai Yang tidak terlihat oleh mata dan tidak terbayang oleh angan dan pikiran, Yang tidak berubah dengan segala kejadian, Yang tidak bisa direka-reka oleh mereka yang mereka-reka.
    Wahai Yang Mahatahu akan beratnya gunung-gunung, takarannya lautan, jumlah tetesan air hujan, dan jumlah daun-daun pohon, jumlah apa ditutupi kegelapan malam dan apa yang disinari oleh terangnya siang dan tak ada yang ditutupi dari-Nya oleh langit satu langitpun dan oleh bumi satu bumipun, tidak pula gunung dengan segala keterjulangannya dan laut dengan segala kedalamannya, aku memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan umur terbaikku adalah akhirnya, pekerjaan terbaikku adalah penutupnya, hari terbaikku adalah hari pada saat aku bertemu dengan-Mu, waktu-waktu terbaikku adalah pada saat aku meninggalkan kehidupan ini dari negeri yang fana menuju ke negeri yang kekal dan abadi, negeri tempat Engkau mengaruniakan orang-orang yang telah Engkau cintai dari para wali-wali-Mu, dan tempat di mana Engkau menghinakan orang-orang yang telah Engkau murkai dari para musuh-musuh-Mu. Aku memohon kepada-Mu wahai Tuhan-ku kesehatan yang sempurna untuk kebaikan dunia dan akhirat sebagai karunia nikmat atasku wahai Yang Mahaagung dan Maha Pemurah.
    Kemudian wanita itu teriak sampai akhirnya dia pingsan tidak sadarkan diri.86
KATA AKHIR

    Setelah perjalanan mulia yang begitu semerbak dan dirindukan ini, di bawah naungan tobat dan orang-orang yang bertobat dan kembali ke jalan Allah swt., kita memohon kepada Allah agar senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita agar dapat melakukan apa yang Dia cintai dan ridhai baik perbuatan maupun perkataan, karena Allah Yang Mahakuasa atas hal itu.
    Tobat adalah jalan kebaikan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Allah swt. berfirman, “Bertobatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (an-Nur:  31)
    Tobat itu adalah untuk semua, orang yang bermaksiat dan berdosa dan juga bagi yang beriman, dan Rasulullah saw. selalu beristghfar dan tobat kapada Allah setiap harinya sebanyak tujuh puluh kali dan dalam riwayat lainnya disebutkan sampai seratus kali. Rasulullah saw. bersabda,

“Demi Allah, sesungguhnya aku selalu beristigfar dan bertobat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.”87
    Beliau juga bersabda,

“Wahai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah dan beristigfarlah kepada-Nya, sesungguhnya aku selalu bertobat kepada-Nya setiap hari seratus kali.”88
    Pintu tobat akan selalu terbuka bagi setiap hamba Allah kecuali pada dua keadaan. Rasulullah saw. bersabda,

“Barangsiapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari ufuk barat maka Allah akan mengampuninya.”89
    Dan keadaan kedua adalah,

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menerima tobat seorang hamba sebelum ruhnya sampai kerongkongan.” 90
    Adapun selain dua keadaan ini, Rasulullah saw. bersabda, 

“Sesungguhnya Allah Ta’ala selalu membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk mengampuni mereka yang melakukan dosa di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang untuk mengampuni mereka yang melakukan dosa di malam hari sampai waktu terbitnya matahari dari ufuk barat.”91
    Syarat untuk diterimanya tobat itu adalah seperti disebutkan oleh para ulama ada tiga. Apabila maksiat itu adalah maksiat antara hamba dan Tuhan-nya yaitu: membersihkan diri dari perbuatan itu, menyesali perbuatan itu dan bertekad untuk tidak kembali melakukannya lagi selamanya. Dan jika maksiat itu berkatan dengan hak-hak manusia, selain syarat tersebut di atas ditambah lagi dengan syarat yang keempat yaitu mengembalikan hak-hak mereka dan kezaliman atas mereka.
    Kita memohon kepada Allah, semoga Allah senantiasa menerima amal saleh kita ikhlas karena-Nya. Semoga Allah mengampuni kesalahan kita karena sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang, dan semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Muhammad saw., kepada keluarga, dan sahabat beliau.

Ibrahim al-Harbi dan Keridhaannya kepada Allah

Ibrahim al-Harbi berkata, “Saya tidak pernah mengadukan demam yang saya derita kepada ibu, saudari, istri ataupun anak-anak saya. Lelaki adalah orang yang mampu menyembunyikan kesusahannya dan tidak menyusahkan keluarganya.
Saya menderita pusing kepala sebelah ( migran ) selama empat puluh lima tahun dan saya tidak pernah memberitahukannya kepada seorang pun. Dan selama dua puluh tahun saya melihat dengan satu mata, dan saya tidak pernah memberitahukannya kepada orang lain. Dan selama tiga puluh tahun saya lewatkan dengan makan dua potong roti. Jika ibuku atau saudara perempuanku datang membawakannya, maka saya pun memakannya. Jika mereka tidak datang membawakannya, maka saya pun menahan lapar dan dahaga hingga esok malam.
Saya juga pernah menanggung kebutuhan orang lain, hingga akhirnya kami kehabisan makanan pokok. Maka istriku pun berkata, “Anggaplah kita berdua bisa bersabar, akan tetapi apa yang dapat kita lakukan terhadap dua gadis kecil kita ini? Maka berikan padaku sebagian bukumu, lalu kita jual atau kita gadaikan”.
Namun saya merasa sayang untuk melakukannya. Maka saya katakan kepada istriku, “Kita cari hutangan saja untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua, dan berilah saya kesempatan hingga satu hari satu malam lagi”.
Ketika itu kami mempunyai rumah kecil di lorong rumah kami yang di dalamnya terdapat buku-buku saya. Di sanalah saya menyalin dari buku lain dan meneliti. Ketika saya sedang berada di dalam rumah kecil itu, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Lalu saya bertanya kepadanya, “Siapa itu?” Dia menjawab, “Salah seorang tetanggamu”.
Maka saya katakan kepadanya, “Masuklah”.
Dia berkata, “Matikanlah lampunya, maka saya akan masuk”.
Maka saya pun menutupi lampu yang ada di dalam rumah saya, lalu saya katakan kepadanya, “Masuklah”.
Lalu dia pun masuk dan meninggalkan sesuatu di samping saya dan langsung pergi. Lalu saya membuka penutup lampu. Ketika itu saya melihat sebuah selendang yang mahal yang di dalamnya terdapat bermacam-macam makanan dan lima ratus uang dirham. Maka saya pun segera memanggil istri saya, dan saya  katakan kepadanya, “Bangunkanlah anak-anak dan suruh mereka makan”. Keesokan harinya kami pun melunasi hutang kami dengan uang dirham tersebut. Dan hari-hari itu adalah saat-saat kedatangan orang-orang dari Khurasan untuk menunaikan haji. Ketika pada malam berikutnya, di saat saya sedang duduk di depan rumah, seseorang menuntun dua ekor onta yang membawa barang muatan di punggungnya. Orang itu bertanya-tanya tentang rumah al-Harbi. Ketika sampai kepada saya, saya katakan kepadanya, “Saya Ibrahim al-Harbi”. Lalu dia pun menurunkan muatan dari kedua onta tersebut dan berkata, “Barang-barang ini diberikan oleh seorang dari Khurasan untukmu”.
Maka saya pun bertanya kepadanya, “Siapakah dia?”
Dia menjawab, “Maaf, dia telah menyumpah saya untuk tidak mengatakan siapa dia”.
Saya ( penulis ) berkata, “Inilah buah dari keridhaan kepada Allah ta’ala. Maka barang siapa yang ridha dengan qadha Allah, maka Allah ridha kepadanya dan hamba-hamba Allah pun akan mencintainya. Dan barang siapa tidak terima dengan qadha Allah, maka Allah membencinya dan hamba-hamba-Nya pun juga benci kepadanya.
Dan Allah mempunyai kehendak tersendiri atas setiap makhluk-Nya.