Asma` Binti Abu Bakar dan Kematian Anaknya

Abdullah bin Zubair memimpin khilafah Islam dan dibaiat oleh penduduk Hijaz, Iraq dan Khurasan. Juga penduduk Syam di awal-awal kekhalifahannya, akan tetapi kemudian mereka membangkang dan membaiat Marwan bin Hakam, lalu membaiat Abdul Malik bin Marwan setelah kematian Marwan. Kemudian Abdul Malik berusaha merebut khilafah Abdullah bin Zubair dan mengirim al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi untuk memeranginya, hingga berhasil mengepungnya di masjid Haram. Para pendukungnya pun banyak yang membelot, lalu Abdul Malik menawarkan kepadanya agar membaiatnya dan tunduk di bawah kekuasaannya dengan memberikan apa yang diinginkan Abdullah bin Zubair.
    Lalu Abdullah bin Zubair mendatangi ibunya, Asma` bintu Abi Bakar, yang ketika itu usianya lebih dari seratus tahun, sedangkan usia Abdullah bin Zubair sendiri lebih dari tujuh puluh tahun.
Lalu Abdullah bin Zubair berkata kepada ibunya, “Wahai Ibuku, orang-orang telah meninggalkanku hingga keluargaku dan anakku sendiri. Sehingga yang bersamaku hanya sedikit orang yang tidak mempunyai kekuatan kecuali sebentar saja untuk bertahan. Sedangkan Abdul Malik akan memberiku apa yang kuminta jika saya mau menuruti kehendaknya. Bagaimana pendapatmu?”
    Maka Asma` berkata kepadanya, “Wahai anakku, demi Allah engkau lebih tahu akan kondisimu. Jika engkau tahu bahwa engkau pada pihak yang benar dan engkau mengajak mereka kepadanya, maka teruslah berjuang. Karena para sahabatmu telah terbunuh dalam kebenaran tersebut. Dan jangan biarkan orang-orang Bani Umayyah mempermainkan lehermu. Namun jika engkau hanya menginginkan dunia, maka engkau adalah hamba yang paling buruk. Karena engkau telah membinasakan dirimu dan orang-orang yang berperang bersamamu. Dan jika engkau katakan, “Awalnya saya berada dalam pihak yang benar, namun ketika para pendukungku lemah maka saya pun menjadi lemah”, maka itu bukanlah sikap orang-orang yang merdeka, juga bukan sikap pemburu dunia. Berapa lama hidupmu di dunia ini, maka terbunuh adalah lebih baik”.
Maka Abdullah bin Zubair berkata, “Demi Allah inilah pendapatku dan inilah yang telah saya lakukan hingga hari ini. Saya tidak akan tunduk kepada dunia dan tidak pula hidup di dalamnya. Tidak ada yang membuatku melawan mereka kecuali kemarahan demi Allah, karena kehormatan-Nya telah dilecehkan. Akan tetapi saya ingin tahu pendapatmu, sehingga engkau dapat menambahkan pandanganmu kepada pandanganku.
Ibuku, sesungguhnya hari ini saya akan terbunuh. Maka jangan sampai kesedihanmu sangat mendalam, dan serahkanlah semuanya kepada Allah”.
Ibunya pun berkata, “Saya berharap semoga kesedihanku terhadapmu adalah hal yang baik. Dan jika ada berita tentangmu, maka saya ingin keluar melihat apa yang terjadi denganmu”.
Lalu Abdullah bin Zubair keluar menghadapi pasukan yang dipimpin oleh al-Hajjaj, kemudian dia terbunuh di Masjid Haram. Lalu tubuhnya disalib oleh al-Hajjaj di persimpangan jalan. Kemudian Hajjaj mengutus seseorang menemui Asma` agar datang menemuinya, namun Asma` menolak. Dan al-Hajjaj pun berkata kepada utusannya, “Katakan kepadanya, “Engkau akan datang, atau saya ( Hajjaj ) akan mengutus orang yang menyeretnya”. Dan ketika itu Asma` sudah buta. Dan Asma` pun tetap tidak mau datang.
Lalu Hajjaj menemuinya, dan berkata kepadanya, “Bagaimana pendapatmu terhadap apa yang saya lakukan terhadap musuh Allah?”
Asma` menjawab, “Saya melihat engkau telah merusak dunianya dan engkau merusak akhiratmu sendiri. Saya dengar engkau memanggil Abdullah, “Wahai anak pemilik dua ikat pinggang”. Demi Allah, saya adalah pemilik dua ikat pinggang itu. Yang satu saya gunakan untuk membawa makanan Rasulullah saw. dan makanan Abu Bakar dari atas unta. Sedangkan yang satunya lagi adalah ikat pinggang wanita yang memang diperlukannya. Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah berkata kepada kami, bahwa di Tsaqif adalah seorang pendusta dan seorang Mabiir. Adapun si pendusta, kami telah melihatnya. Sedangkan seorang mabir, maka tidak ada orang lain yang saya ketahui kecuali dirimu”.
Lalu Hajjaj pun berdiri dan meninggalkannya, tanpa membalas kata-katanya.
Al-Wabir adalah orang yang banyak membunuh. Adapun al-Kadzdzaab ‘sang pendusta’ yang dimaksud oleh Asma` adalah al-Mukhtar ats-Tsaqafi yang mengaku sebagai nabi, dan dibunuh Mush’ab bin Zubair, anak Asma` juga, pada masa kekhilafahan saudaranya, Abdullah bin Zubair.
Kemudian Asma` meninggal dunia setelah satu minggu menguburkan anaknya, Abdullah, dan menyalatinya sendiri. Semoga Allah meridhainya.