TOBAT RAJA AN-NU

Al-Ashma’i berkata bahwa Nu’man bin Imri`ul Qais al-Akbar, pemilik istana yang diberi nama al-Khauraniq memandangi istananya yang megah itu kemudian dia berkata kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, “Apakah kalian tahu ada seseorang yang diberikan kepadanya seperti yang diberikan kepadaku?”
    Mereka menjawab, “Tidak.”
    Namun, ada seseorang yang diam dan menjawabnya, “Dia adalah seorang ahli hikmah dari mereka.”
    Raja Nu’man pun bertanya kepadanya, “Kenapa kamu tidak mau angkat bicara?”
    Dia menjawab, “Wahai Raja, jika Anda mengizinkanku, aku akan bicara.”
    Sang raja berkata, “Bicaralah.”
    Ahli hikmah itu berkata, “Tahukan Anda apa yang Anda telah kumpulkan ini? Apakah sesuatu yang sekarang masih milik Anda, ada yang tidak pergi nantinya. Ataukah sesuatu itu sama seperti orang-orang sebelum kamu, pergi dari pemiliknya kemudian dia menjadi milik kamu dan juga nantinya dia akan pergi darimu?”
    Sang raja berkata, “Tidak. Itu adalah milik orang sebelumku, kemudian pergi darinya dan menjadi milikku. Begitu juga nantinya akan pergi dariku.”
    Dia berkata, “Apakah Anda gembira dengan sesuatu yang kenikmatannya akan pergi besok darimu dan yang tersisa adalah tanggung jawabnya? Anda bisa senang sejenak, kemudian Anda menggadaikannya dalam jangka waktu lama dan panjang.”
    Sang raja pun menangis dan berkata kepadanya, “Mana tempat pelarian?”
Dia berkata, “Satu dari dua perkara ini, Anda tetap tinggal dan bekerja dengan penuh ketaatan kepada Allah atau Anda mengganti apa yang Anda pakai dengan pakaian dari bahan yang kasar. Kemudian Anda naik ke atas sebuah gunung menjauhi manusia dan tinggal sendiri beribadah kepada Tuhanmu sampai ajal menjemputmu.”
    Sang raja berkata, “Apabila aku telah melakukan itu, lantas apa yang kudapat?”
    Dia menjawab, “Sebuah kehidupan yang dengannya Anda tidak akan mati lagi, keremajaan yang tidak bakal tua, tidak pernah sakit, kerajaan baru yang tidak akan binasa.”
    Sang raja berkata, “Wahai ahlul hikmah, semua yang aku lihat akan binasa dan akan lenyap?
    Dia menjawab, “Ya.”
    Sang raja berkata, “Tidak ada pilihan kecuali sesuatu yang terus akan kekal dan demi Allah aku harus mencari sebuah kehidupan yang tidak akan lenyap selamanya.”
    Kemudian dia pun segera melepas segala kepemilikannya dan memakai pakaian dari bahan yang kasar kemudian pergi ke salah satu tempat untuk beribadah kepada Allah dengan penuh kezuhudan dunia. Sementara, ahlul hikmah itu mengikutinya sampai akhirnya keduanya meninggal dunia dalam keadaan itu.