TOBAT SEORANG RAJA DARI KEGEMERLAPAN DUNIA

Abdullah bin ‘Atabah berkata, “Aku bercerita kepada Umar bin Abdul Aziz—seorang Khulafaurrasyidin—dengan sebuah cerita yang maknanya mengena dirinya. Aku ceritakan kepada dia, ‘Dahulu, sebelum kita ada seorang raja membangun sebuah istana. Dia membangunnya dengan sangat indah dipenuhi hiasan. Kemudian raja itu menyiapkan makanan dan dia mengundang manusia untuk datang. Di setiap pintu istana itu disuruh duduk orang-orang untuk menanyakan setiap orang yang keluar, ‘Apakah kalian melihat aib istana ini?’ Mereka pun menjawabnya, ‘Tidak.’
    Sampai akhirnya datang rombongan terakhir. Mereka membawa pakaian dan menanyakan rombongan ini, ‘Apakah kalian melihat aib?’ Mereka menjawab, ‘Ada dua aib.’
    Mereka mengajak masuk rombongan ini ke hadapan raja dan berkata, ‘Semua manusia yang masuk telah kami tanyakan kepada mereka dan mereka mengatakan bahwa mereka tidak melihat aib sama sekali.’
    Sampai akhirnya datang rombongan yang membawa pakaian dan kami tanyakan kepada mereka. Mereka menjawab, ‘Kami telah melihat dua aib.’
    Raja pun menanyakan kepada mereka tentang dua aib itu. Mereka menjawab, ‘Istana ini akan hancur dan pemiliknya akan mati.’
    Raja berkata, ‘Apakah kalian tahu ada rumah yang tidak hancur dan pemiliknya tidak mati?’
    Mereka menjawab, ‘Ya.’
    Raja bertanya, ‘Apa itu?’
    Mereka menjawab, ‘Darul akhirah.’
    Mereka pun mengajak raja itu untuk kembali kepada Allah dan dia mengikuti dakwah mereka. Dia berkata, ‘Jika aku pergi bersama kalian secara terang-terangan, maka penduduk kerajaanku tidak akan lagi menganggapku. Akan tetapi, sebaiknya tunggu saja aku di tempat ini dan itu.’
    Raja tersebut kemudian mendatangi mereka dan terus bersama mereka sampai beberapa waktu. Beribadah kepada Allah dengan penuh penyesalan dan bertobat atas apa yang telah lalu sampai akhirnya di suatu hari dia berkata kepada mereka, ‘Alaikumussalam.’
     Mereka berkata kepadanya, ‘Apa yang terjadi pada Anda? Apakah Anda melihat sesuatu yang tidak enak pada kami?’
    Raja berkata, ‘Tidak, kalian mengetahui aku. Kalian selalu menghormatiku karena posisiku yang sekarang aku duduki.”
    Penulis mengatakan bahwa raja itu menginginkan untuk pergi ke sebuah tempat yang tidak ada seorang pun tahu kecuali Allah swt. untuk beribadah seperti para ahli ibadah yang zuhud lainnya. Raja ini telah mencapai puncak kezuhudan sampai dia ingin melupakan bahwa dirinya pernah suatu hari menjadi salah seorang raja dari para raja di muka bumi ini.
    Sesungguhnya ini adalah tobat yang benar dan lari kepada Allah swt.. Allah yang selalu menerima tobat dari hamba-hamba-Nya, mengampuni semua dosa-dosa mereka, dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.”