Allah Bayarkan Utangnya Sebelum Dia Meninggal

Muhammad bin Hamid menceritakan, “Suatu kali aku mengunjungi Ahmad bin Khadhruyah yang sedang berada dalam sakaratul maut. Saat itu usianya sudah mencapai sembilan puluh lima tahun. Dia ditanya tentang suatu permasalahan, tiba-tiba air matanya menetes. Dia berkata kepada si penanya, ‘Wahai anakku, pintu yang dulu aku ketuk sejak sembilan puluh lima tahun yang lalu sekarang akan dibukakan untukku. Aku tak tahu apakah akan dibukakan untukku dengan kebahagiaan ataukah dengan kesengsaraan. Apa jawaban yang akan aku berikan?’
Dia mempunyai utang sebanyak tujuh ratus dinar. Lalu, datanglah orang-orang yang ingin menagihnya. Dia memandangi mereka lalu berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah menjadikan barang taruhan sebagai barang bukti untuk para pemilik harta, dan sekarang Engkau ambil barang bukti itu dari mereka, maka mohon bayarkanlah utangku.’”
Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu. Orang itu bertanya, “Ini rumah Ahmad bin Khadhruyah?”
“Ya,” jawab orang-orang di sekitar itu.
“Mana orang-orang yang menagih utangnya?” tanya orang itu lagi.
Orang-orang yang menagih itu lalu keluar. Kemudian orang tadi membayarkan utang Ahmad. Setelah itu dia langsung wafat.
Di antara ucapannya, “Sabar adalah bekal orang-orang kesulitan sementara ridha adalah derajat para ‘arifin.”
Seseorang pernah meminta nasihat kepadanya lalu dia berkata, “Matikan dirimu kalau kamu ingin menghidupkannya.”