11. Dia Jual Dirinya kepada Allah

Ibnu Qudamah al-Maqdisi berkata, “Kami diceritakan oleh Abul Fath Muhammad bin Abdul Baqi, Dia berkata, 'Abul Fadhl Ahmad bin Ahmad al-Haddad berkata bahwa Abu Nu’aim al-Hafizh menceritakan kepadanya bahwa faktor yang menyebabkan Habib Abu Muhammad menyerahkan dirinya pada akhirat dan berpaling dari dunia adalah dia pernah menghadiri majelis Hasan al-Bashri. Pelajaran dan nasihat Hasan al-Bashri sangat mengena di hatinya, yang membuatnya mau meninggalkan semua kesenangan dunia, dan meyakini janji dan jaminan Allah.”
Dia jual dirinya kepada Allah swt. dengan cara bersedekah sebanyak empat puluh ribu dirham dengan empat kali sedekah. Pertama, dia bersedekah sebanyak sepuluh ribu dirham di permulaan siang, lalu dia berkata, “Wahai Tuhan, aku telah menjual diriku kepada-Mu dengan uang ini.” Kedua, kemudian dia sedekahkan lagi sejumlah sepuluh ribu dirham, dan dia berkata, “Ini sebagai tanda syukur atas taufik yang Allah limpahkan (sehingga aku rela menjual diriku kepada-Mu, pent.).”
Ketiga, dia keluarkan lagi sejumlah sepuluh ribu dirham, dan dia berkata, “Wahai Tuhan, kalau Engkau tidak menerima yang pertama dan kedua tadi dariku, maka terimalah yang ini.” Keempat, dia sedekahkan lagi sepuluh ribu dirham, dan  dia berkata, “Wahai Tuhan, kalau Engkau terima dariku yang ketiga tadi, maka ini sebagai tanda syukur atas hal itu.”
Begitulah tokoh yang kembali kepada Allah swt. ini memberikan sedekah yang bisa meredam murka Allah, agar Allah menerimanya menjadi hamba-Nya yang saleh, dan sebagai bukti bahwa dia benar-benar berjuang untuk akhirat dan meninggalkan dunia yang fana.
Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran besarnya faidah menghadiri majelis-majelis ilmu, dan nasihat yang merupakan salah satu taman surga, sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah saw..
Dalam majelis-majelis rabbani tersebut, seorang muslim akan bertemu dengan para ulama dan para dai, di mana dia bisa mengambil ibrah dan pelajaran, serta mempelajari agama secara benar. Dengan hilangnya para ulama dan majelis-majelis seperti itu, maka akan tersebarlah kebodohan dan sikap berlebihan dalam mencintai dunia, serta berkembanglah sikap yang ekstrem dalam memahami agama. Para ulama adalah ibarat garam dalam makanan, jika mereka baik maka umat ini akan baik dan maju. Insya Allah.

0 comments:

Post a Comment