Asy-Syahid Haram bin Malhan

Imam Bukhari meriwayatkan di dalam shahihnya dari Anas bin Malik r.a., bahwa Nabi saw. mengutus Haram –salah seorang saudara laki-laki Ummu Sulaim— bersama tujuh puluh penunggang kuda untuk suatu keperluan. Peristiwa itu adalah setelah pemimpin orang-orang musyrik, Amir Ibnuth Thufail, memberi pilihan kepada Rasulullah saw. dengan tiga hal. Amir berkata kepada Rasulullah saw., “Engkau mendapatkan penduduk daerah yang datar dan aku mendapatkan para penduduk kota, atau aku menjadi penggantimu setelah engkau meninggal, atau aku akan memerangimu dengan beribu-ribu orang Ghathfan”. Lalu dia terkena Tha’un di rumah seorang wanita. Maka Amir berkata, “Saya terkena gondok seperti gondok seekor onta di rumah seorang wanita keluarga Fulan”. Lalu dia memerinathakn agar diambilkan kudanya. Kemudian dia pun mati di atas kudanya itu.
    Kembali kepada kisah Haram bin Malhan. Kemudian setelah mendekati tempat orang-orang kafir, Haram bin Malhan bersama seorang lelaki yang pincang dan seorang lelaki dari Bani Fulan mendatangi tempat berkumpulnya orang-orang musyrik. Sedangkan para sahabat yang lainnya menunggu di tempat yang agak jauh. Haram berkata kepada keduanya, “Tetaplah berada dekat dengan tempat saya, sampai saya mendatangi mereka. Kalau mereka menjamin keselamatan saya, maka kalian berada di tempat yang dekat. Jika mereka membunuh saya, maka segera datangi teman-teman kalian”.
Setelah sampai ke tempat berkumpulnya orang-orang musyrik, Haram berunding dengan mereka. Lalu orang-orang musyrik memberi isyarat kepada salah seorang dari mereka, maka lelaki itu langsung menusuk Haram dari belakang.
Hamam berkata, “Sepertinya orang itu menusuk punggungnya hingga tembus ke perutnya”.
Dengan menahan sakit, Haram pun berkata, “Allahu akbar, demi Tuhan Ka’bah saya telah memperoleh kemenangan”.
Itulah peristiwa Bi`ru Ma’unah, di mana tujuh puluh sahabat dibunuh. Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keburukan atas para pembunuh tersebut, atas orang-orang Dzikwan dan atas Bani Lihyan selama satu bulan di dalam shalat beliau.
Adapun yang menusuk Haram bin Malhan adalah Jabbar bin  Salmam al-Kilabi. Dia terkagum dengan ucapan Haram ketika ditusuknya, “Demi Tuhan Ka’bah Saya telah memperoleh kemenangan”. Ketika dia bertanya tentang maksudnya, orang-orang menjawab, “Maksudnya dia memperoleh surga”. Dia pun berkata, “Dia benar”.
Selang beberapa waktu Jabbar masuk Islam disebabkan oleh kata-kata Haram bin Malhan itu.

0 comments:

Post a Comment