Keridhaan Ahmad bin Hambal kepada Qadha Allah

    Shaleh bin Ahmad bin Hambal berkata, “Terkadang saya melihat ayah saya mengambil pecahan-pecahan roti kering. Lalu membersihkan debu yang menempel padanya, kemudian meletakkan di piring dan menyiramnya dengan air hingga menjadi basah dan lembut. Kemudian dia memakannya setelah dicampur dengan garam. Saya tidak pernah melihatnya membeli delima, safarjal  ataupun buah-buahan yang lain, kecuali membeli sebuah semangka, lalu memakannya dengan roti, anggur atau kurma. Adapun buah yang lain, saya sama sekali tidak pernah melihatnya membelinya.
    Terkadang dia dibuatkan roti dengan ditambah ‘adas, gajih dan sejumlah kurma, lalu diletakkan di dalam kendi untuk persiapan selama dua bulan. Lalu dia mengkhususkan satu piring untuk anak-anak, lalu memanggil mereka dan memberikannya kepada mereka. Maka mereka pun tertawa senang namun tidak memakannya.
    Imam Ahmad sering makan dengan dicampur cuka. Dia juga sering dibelikan gajih seharga satu dirham, lalu dia gunakan untuk makan selama satu bulan.
    Ketika al-Mutawakkil –salah seorang khalifah Bani Abbas--  datang, Imam Ahmad terus menerus berpuasa dan tidak makan makanan yang berlemak. Maka saya –Ibnul Jauzi—mengira beliau melakukannya sebagai nazar jika selamat dari fitnah Khalqul Qur’an. Al-Marwazi berkata, “Saya mendengar Abu Abdullah berkata, “Rasa takut membuatku tidak bisa makan dan minum, sehingga tidak ada keinginan untuk memakannya”.
    Imam Ahmad –rahimahullah— juga pernah berkata, “Itu hanyalah salah satu makanan dari jenis-jenis makanan yang lain, juga salah satu pakaian dari jenis-jenis pakaian yang lain. Dan kehidupan ini hanyalah bilangan hari yang sebentar. Saya melewati hari-hariku hingga berakhir di hari ketika saya tidak memiliki apa-apa”.

0 comments:

Post a Comment