Setiap Orang Tergantung Niatnya

Diceritakan bahwa ada dua orang bersaudara, yang seorang ahli ibadah dan sangat taat sementara yang seorang lagi suka bermaksiat.
Kemudian timbul bisikan dalam hati sang ahli ibadah untuk sedikit mengikuti syahwatnya guna menghibur dirinya yang selama ini telah digunakannya untuk beribadah, kemudian nanti dia akan bertobat kepada Allah karena dia tahu bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ahli ibadah ini berkata dalam hati, andaikan aku pergi ke dekat saudaraku untuk menemaninya dalam hawa nafsu dan kelezatan dunia, kemudian setelah itu aku akan bertobat dan beribadah kepada Allah dalam umurku yang masih tersisa. Akhirnya, dia pergi dengan niat ini.
Sebaliknya, saudaranya yang ahli maksiat berkata, “Aku telah habiskan umurku dalam maksiat, sementara saudaraku yang ahli ibadah akan masuk surga dan aku akan masuk neraka. Demi Allah, aku akan bertobat dan akan pergi menemui saudaraku, lalu aku akan menemaninya beribadah dalam usiaku yang masih tersisa, semoga Allah mengampuniku.”
Setelah itu, dia pergi menemui saudaranya dengan niat untuk bertobat, sementara saudaranya yang ahli ibadah juga pergi menemuinya dengan niat bermaksiat. Tiba-tiba kakinya tergelincir dan dia jatuh bergulingan dan menimpa saudaranya, sehingga keduanya meninggal dalam waktu bersamaan. Akhirnya, sang ahli ibadah dikumpulkan berdasarkan niat maksiat dan saudaranya yang ahli maksiat dikumpulkan berdasarkan niat tobat.
Maka, yang menjadi ukuran adalah akhir dari setiap amalan. Oleh karena itu, setiap orang tidak boleh tertipu dengan amal apa pun yang sekarang dilakukannya.

0 comments:

Post a Comment