Kisah Abu Turab an-Nakhsabi dan Keridhaan kepada Allah

Abu Hasan Alil Hasan bin Khairan al-Faqih berkata, “Pada suatu hari Abu Turab mendatangi seorang tukang cukur, lalu bertanya kepadanya, “Maukah engkau mencukur rambut saya karena Allah?”
Tukang cukur tersebut menjawab, “Duduklah”.
Ketika sedang mencukur, gubernur daerah tersebut melintasi mereka berdua. Lalu gubernur tersebut bertanya kepada para pengawalnya, “Apakah itu Abu Turab?”
“Ya”, Jawab mereka.
Lalu sang gubernur bertanya, “Berapa dinar yang ada pada kalian?”
Salah seorang dari pengawal dekatnya menjawab, “Saya membawa seribu dinar di dalam kantong ini”.
Gubernur tersebut berkata kepadanya, “Jika Abu Turab selesai dicukur, berikanlah uang itu kepadanya dan mintakan maaf kepadanya. Dan katakan kepadanya bahwa kita tidak membawa uang dinar selain uang tersebut”.
Maka pengawal tersebut mendatangi Abu Turab dan menyerahkan uang tersebut kepadanya. Akan tetapi Abu Turab berkata kepadanya, “Berikan uang itu kepada tukang cukur itu”.
Namun tukang cukur itu tidak mau menerimanya dan berkata, “Karena apa saya mendapatkan uang sebanyak itu?!”
Abu Turab berkata kepadanya lagi, “Ambillah uang itu”.
Tukang cukur berkata, “Tidak. Demi Allah, seandainya jumlah uang tersebut dua ribu dinar pun saya tetap tidak mau menerimanya”.
Maka Abu Turab berkata kepada sang pengawal tersebut, “Temuilah gubernur, dan katakan kepadanya bahwa si tukang cukur tidak mau menerimanya. Maka suruhlah dia mengambilnya dan menggunakannya untuk tugas-tugasnya”.
Abu Abdillah al-Jala` berkata, “Pada suatu ketika Abu Turab datang ke Mekkah. Lalu saya bertanya kepadanya, “Wahai Tuan, di manakah Anda makan?”
Abu Turab menjawab, “Saya datang membawa sisa-sisa makanan dari kalian. Saya sudah makan sekali di Bashrah, sekali di Nabaj dan sekali di tempat kalian”.