Menurutmu Apakah Allah akan Mengampuni Orang Sepertiku?

Kita masih bersama Sufyan ats-Tsauri rahimahullah. Kali ini dalam detik-detik terakhir kehidupannya.
Ibnu Abjar berkata, “Ketika ajal akan menjemput Sufyan ats-Tsauri,  dia berkata, ‘Wahai Ibnu Abjar, kondisiku sudah sangat payah seperti yang kau lihat, maka panggillah orang-orang untuk menyaksikanku.’
Aku lalu mengajak orang-orang untuk melihat dan melepasnya. Di antara mereka adalah Hamad bin Salamah. Hamad berada paling dekat dengan kepalanya. Dia menceritakan, ‘Sejenak Sufyan menarik napasnya.’
Hamad berkata kepadanya, ‘Bergembiralah! Sesungguhnya kau telah selamat dari apa yang kau takutkan, dan kau akan segera menghadap Tuhan Yang Mahamulia.’
Sufyan berkata, ‘Wahai Abu Salamah, menurutmu apakah Allah akan mengampuni orang sepertiku?’
‘Ya, demi Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya,’ jawab Abu Salamah.
Setelah mendengar itu,  dia tampak sangat bergembira.”

Engkau Seorang Wanita yang Diberi Taufik, Putri Seorang Lelaki yang Diberi Taufik

Ummu Kultsum, putri Abu Bakar r.a., menikah dengan seorang sahabat mulia, yaitu Thalhah bin Ubaidillah—salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga. Rasulullah saw. berkata tentang Thalhah, “Siapa yang ingin melihat seorang syahid yang masih berjalan dengan kedua kakinya di muka bumi, maka lihatlah Thalhah bin Ubaidillah.” 
Suatu hari datanglah kepadanya harta sejumlah tujuh ratus ribu dirham dari Hadhramaut, sehingga pada malamnya dia tampak sangat gelisah. Istrinya, Ummu Kultsum, bertanya kepadanya, “Kenapa denganmu?”
Dia menjawab, “Sejak malam tadi aku berpikir, aku berkata kepada diri sendiri, apa yang dipikirkan seseorang tentang tuhannya ketika dia masih bisa tidur sementara uang sebanyak ini ada di rumahnya?”
Istrinya berkata, “Kenapa kamu tidak mencontoh sahabat-sahabatmu? Besok pagi panggillah orang-orang miskin dan yang membutuhkan lalu bagikanlah uang ini!”
Thalhah berkata, “Semoga Allah merahmatimu. Kamu benar-benar seorang wanita yang diberi taufik, putri seorang lelaki yang diberi taufik.”
Keesokan harinya dia mengambil beberapa kantong lalu dia membagikan uang itu kepada kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Kemudian dia mengirimkan satu kantong kepada Ali bin Abi Thalib r.a.. Istrinya bertanya, “Wahai Abu Muhammad (gelar Thalhah), tidakkah ada bagian kita dari uang ini?”
Thalhah menjawab, “Lalu manakah prinsipmu yang kemarin sejak hari ini? Bagianmu adalah sisa dari uang itu.” Lalu istrinya mengambil sisanya yang berjumlah seribu dirham.

ATHA BIN YASAR DAN WANITA ARAB BADUWI

‘Atha bin Yasar dan Sulaiman bin Yasar keduanya pergi haji dari Madinah bersama teman-teman mereka. Ketika mereka sampai di Abwa, mereka singgah di sebuah rumah. Sulaiman dan teman-teman pergi untuk mencari beberapa keperluan mereka, sementara ‘Atha bin Yasar tetap di rumah itu mengerjakan shalat.
    Tak lama kemudian datang kepadanya seorang wanita Arab badui yang sangat cantik. Ketika ‘Atha melihat wanita itu, dia berpikir bahwa wanita itu mempunyai keperluan hingga dia pun menyelesaikan shalatnya. Kemudian dia bertanya, “Apakah kamu mempunyai keperluan?”
    Wanita itu menjawab, “Ya.”
    Dia bertanya lagi, “Keperluan apa?”
    Wanita itu berkata, “Lekas cumbuilah aku. Aku telah ditinggalkan suamiku dan aku saat ini sudah tidak bertuan.”
    ‘Atha berkata, “Pergilah kamu sana dan jangan kamu bakar aku dan dirimu dengan api neraka.”
    Wanita itu pun terus merayu dirinya sementara ‘Atha tetap menolak. Dia menangis seraya berkata, “Celaka kamu, pergi dan menjauhlah dariku.”
    Menangisnya pun kian kencang. Ketika wanita itu memperhatikannya sedang menangis tersedu-sedu, wanita itu justru ikut menangis karena tangisannya. ‘Atha terus menangis dan wanita itu juga menangis di depannya, sampai akhirnya saudara dan teman-temannya datang, sementara wanita itu masih menangis di samping rumah. Akhirnya, semua yang ada di situ turut menangis karena tangis wanita ini. Padahal, mereka tidak mengetahui kisah awalnya. Ketika wanita Arab badui itu melihatnya, dia segera bangkit dan pergi.