TOBAT SEORANG PENCURI PAKAIAN

    Ibnu Juhdum berkata, “Umar an-Najjad menceritakan kepadaku dengan ucapannya, ‘Abu Husain an-Nuri masuk ke air untuk mandi, maka datang seorang pencuri mengambil pakaiannya. Ketika dia naik, dia tidak mendapatkan pakaiannya kemudian dia kembali turun lagi ke air.”
    Tidak lama kemudian pencuri itu datang dengan membawa pakaiannya kemudian diletakkan pada tempatnya semula, dan tangan kanan si pencuri itu gosong, Abu Husain pun keluar naik dan keluar dari air lantas memakai pakaiannya seraya berkata, “Wahai Tuhanku, pakaianku telah dikembalikan kepadaku, kembalikanlah tangannya seperti semula.”
    Allah swt. langsung mengembalikan tangan si pencuri itu seperti semula, kemudian dia pergi dan segera dia bertobat kepada Allah swt..
    Sebagian mereka ada yang berkata, “Aku mendengar Abu Husain berkata dan dia pernah ditanya tentang ridha, dia menjawab, ‘Kalian bertanya tentang suka citaku atau tentang cinta kasih Sang Pencipta?’”
    Dijawab kepadanya, “Tentang suka citamu.”
    Dia berkata, “Jika aku berada di tingkat paling bawah api neraka, aku tetap ridha dengan mereka yang berada di surga Firdaus.”

TOBAT DARI BISIKAN SETAN

Dari Abu Ayyub, seorang dari keturanan Quraisy bahwa ada seorang wanita dari keluarganya yang sangat rajin beribadah, selalu berpuasa, dan sering shalat malam dengan sangat panjang dan lama, hingga kemudian setan terkutuk mendatanginya.
    Setan itu berkata, “Sampai kapan kamu menyiksa tubuh dan jiwamu ini? Jika kamu tidak berpuasa dan tidak berlama-lama shalat malam, kamu akan lebih kontinyu dan lebih kuat lagi!”
    Wanita itu berkata, “Setan itu terus menggodaku sampai demi Allah aku pun berkeinginan untuk tidak berlama-lama shalat.”
    Dia berkata, “Aku masuk ke masjid Rasulullah saw. dengan berziarah ke makam beliau, itu terjadi pada waktu antara magrib dan isya. Aku segera membaca tahmid dan shalawat kepada Rasulullah, kemudian aku menyebutkan apa yang sedang menimpaku berupa bisikan setan. Aku beristigfar lantas aku panjatkan doa kepada Allah agar Allah menjauhi aku dari tipu daya dan godaan setan itu. Aku pun mendengar dari arah makam Rasulullah saw. ada orang yang berkata, “Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Faathir:  6)
    Dengan perasaan takut, aku pulang dengan besar hati, dan demi Allah setelah itu bisikan seperti ini tidak pernah lagi hinggap padaku.66

TOBAT PENYANYI ABU UMAR AL-KINDI

Suatu hari Abdullah bin Mas’ud lewat di pinggiran Kufah. Ternyata di sana ada dua anak muda yang sedang berkumpul sambil minum-minum. Bersama mereka ada pula seorang penyanyi yang dikenal dengan Zadzan. Dia sering memainkan gitar dan bernyanyi. Terlebih lagi dia memang memiliki suara yang bagus. Ketika Abdullah bin Mas’ud mendengar nyanyiannya, dia berkata, “Betapa indahnya suara ini jika digunakan untuk membaca Al-Qur’an.”
    Kemudian dia mengangkat sorbannya dan meletakkannya di atas kepalanya. Setelah itu dia pergi. Zadzan mendengar ucapan Abdullah bin Mas’ud seraya bertanya, “Siapa orang itu?”
    Mereka menjawab, “Dia adalah Abdullah bin Mas’ud sahabat Rasulullah saw..”
    Dia bertanya lagi, “Apa yang telah dia katakan?”
    Mereka menjawab,  “Dia telah mengatakan, ‘betapa indahnya suara ini jika digunakan untuk membaca Al-Qur’an.’”
    Zadzan pun segera bangkit kemudian membanting gitarnya hingga hancur. Lantas dia cepat-cepat mengejar Abdullah bin Mas’ud dan menemuinya. Dia langsung menangis di hadapannya. Ibnu Mas’ud kemudian memeluknya, sehingga mereka berdua sama-sama menangis. Lalu, Abdullah bin Mas’ud berkata, “Bagaimana aku tidak cinta kepada orang yang telah dicintai Allah?”
    Setelah itu Abu Umar al-Kindi pun bertobat dari bernyanyi selanjutnya dia mengikuti Ibnu Mas’ud untuk belajar Al-Qur’an hingga akhirnya dia menjadi salah seorang imam dan ulama pada zamannya.  Semoga Allah merahmatinya.

Syu

Ibnul Jauzi menyebutkan dari Ibnu Isma’il, dia berkata, “Pada suatu ketika saya pergi ke Madain menemui Syu’aib bin Harb. Ketika itu dia duduk di tepi sungai Dajlah. Ketika itu dia telah membangun sebuah gubuk. Di dalamnya dia menggantungkan roti dan membawa sebuah bejana. Setiap malam, dia mengambil sepotong roti dan membasahinya dengan air yang ada di dalam bejana, lalu memakannya.
Lalu dia menggerakkan tangannya yang sangat kurus yang tinggal kulit dan tulang, seraya berkata, “Apakah kelak engkau melihat daging di tanganmu? Demi Allah, saya akan mengikis daging-daging yang ada di tubuhku, hingga ketika masuk kubur saya tinggal tulang-tulang kering. Karena saya tidak ingin menjadi gemuk dan menjadi makanan cacing dan ular”.
Lalu kata-katanya itu sampai ke telinga Imam Ahmad bin Hambal. Maka Imam Ahmad berkata, “Syu’aib bin Harb telah memberatkan dirinya karena kewara’annya”.
Saya (penulis )katakan, “Wara’ dan zuhud di dunia merupakan salah satu jalan yang penting yang membawa seseorang taat kepada Allah, ridha kepada-Nya dan kepada qadha dan qadar-Nya.