TOBAT SEORANG WANITA DI TANGAN AR-RABI

Suatu kaum menyuruh seorang wanita yang berparas cantik dan pintar untuk menggoda Rabi’ bin Khaitsam—salah seorang ahli ibadah dan zuhud di Kufah—dan mereka menawarkan jika wanita berhasil akan mendapatkan seribu dirham.
    Wanita itu pun memakai pakaian yang terbaik yang dia miliki, dan memakai parfum yang paling wangi yang dia miliki. Setelah itu dia memamerkan dirinya di depan Rabi’ ketika dia keluar dari masjid. Dia pun melihat wanita itu dan terkejut dengan perkara wanita itu. Sambil berjalan wanita itu menemuinya dan Rabi’ berkata kepada wanita itu, “Bagaimana kira-kira jika kamu terkena penyakit panas dan dapat mengubah kulit tubuh dan kecantikanmu? Atau bagaimana jika saat ini malaikat maut datang mencabut ajalmu? Atau bagaimana nanti jika Malaikat Munkar a.s. dan Nakir a.s. datang bertanya kepadamu?
    Langsung saja wanita itu berteriak dengan teriakan yang membuatnya pingsan. Ketika dia sadar, dia langsung bertobat dan tekun beribadah. Dan ketika mati, wanita itu terlihat seperti batang pohon yang terbakar.

Sebuah Kubur di Sebuah Bukit

Abu Utbah al-Khawwas berkata, “Aku diceritakan oleh seorang lelaki zuhud yang biasa mengembara di perbukitan. Dia berkata, ‘Aku tidak punya keinginan dan kenikmatan apa-apa di dunia selain berjumpa dengan para ahli zuhud dan orang-orang saleh. Suatu ketika, aku berada di tepi sebuah pantai yang tidak berpenghuni dan tidak ada pula kapal yang berlayar di sana. Tiba-tiba aku melihat seorang laki-laki keluar dari arah bukit itu. Ketika melihatku, dia segera berlari dan aku pun mengejarnya. Akhirnya, dia terjatuh dan aku dapat menangkapnya.’
Aku bertanya, ‘Engkau lari dari siapa? Semoga Allah merahmatimu.’
Dia tidak menjawab. Aku berkata lagi, ‘Aku hanya ingin kebaikan, maka ajarkanlah aku.’
Dia berkata, ‘Engkau harus mengedepankan kebenaran di mana pun kamu berada. Demi Allah, aku sendiri tidak memuji kondisi diriku untuk bisa mengajakmu beramal sebagaimana mestinya.’ Kemudian dia berteriak dan akhirnya  dia wafat.
Aku diam terpaku tak tahu apa yang harus aku kerjakan. Malam pun datang menjelang. Aku melangkah sedikit dan tidur di samping jasadnya. Dalam tidur aku bermimpi melihat empat orang turun dari langit menunggang kuda. Mereka menggali kuburan, mengafaninya, lalu menshalatkannya, kemudian menguburnya. Aku segera terbangun dalam keadaan takut dan setelah itu aku tak bisa lagi memejamkan mata.
Ketika sudah pagi aku bermaksud untuk melihat kondisi jasad ahli ibadah itu, tetapi aku tidak lagi menemukan jasadnya. Aku terus mencari jejak jasadnya sampai akhirnya aku menemukan sebuah kuburan baru. Aku yakin itulah kuburan yang aku lihat dalam mimpiku semalam.’”

Sifat-sifat Pecinta Allah

Ahmad ibnul-Hauri berkata, “Aku pernah mendengar Asma` ar-Ramliah—seorang ahli ibadah—berkata, ‘Aku bertanya kepada Baydha` binti Mufadhdhal, ‘Wahai saudariku, apakah ada tanda-tanda untuk mengenal seorang pecinta Allah?'”
Dia menjawab, “Wahai saudariku, untuk seorang tuan tidak akan tersembunyi, seandainya seorang pecinta berjuang untuk menyembunyikan dari tuannya tentu tidak bisa.”
Aku berkata, “Katakanlah kepadaku!”
Dia berkata, “Seandainya kamu melihat seorang yang mencintai Allah niscaya kamu akan melihat sebuah keajaiban, kondisinya tidak tenang di bumi, selalu melayang penuh rindu dan kenikmatannya adalah dalam kesendirian serta tidak pernah merasakan ketenangan jasmani. Makanannya ketika lapar adalah cinta dan minumnya ketika haus adalah cinta. Dia tak pernah bosan mesti selalu berkhidmat kepada Allah swt..”