Cobaan Bagi Para Wali dan Kekasih Allah

Abu Nu’aim di dalam Hilyatul Auliya` dan Ibnul Jauzi dalam Shifatush Shafwah menyebutkan, “Abu Bakar bin Affan bercerita tentang Fath bin Sa’id al-Mushili, seorang Zahid yang tinggal di Mushil yang juga dipanggil Abu Nashr. Abu Bakar bin Affan berkata, “Saya mendengar Bisyr Ibnul Harits berkata, “Saya mendengar bahwa seorang anak wanita Fath al-Mushili tidak mempunyai baju. Lalu Fath al-Mushili ditanya, “Tidakkah engkau mencari orang yang memberinya pakaian?”
Dia menjawab, “Tidak, saya akan membiarkannya hingga Allah ‘azza wajalla melihat bahwa dia tidak mempunyai pakaian dan melihat kesabaran saya atas hal itu”.
Pada malam-malam musim dingin, Fath selalu mengumpulkan anak-anaknya, lalu berdoa, “Ya Allah, Engkau membuat saya dan anak-anak saya fakir. Engkau membuat saya dan anak-anak saya lapar. Engkau membuat saya dan anak-anak saya tidak mempunyai pakaian. Maka perantaraan apa yang dapat saya gunakan untuk memohon kepada-Mu, karena sesungguhnya engkau telah melakukan semua hal ini tehadap para wali dan para kekasih-Mu. Maka apakah saya termasuk dari mereka hingga kami dapat berbahagia?”. Ibrahim bin Abdullah berkata, “Maka Fath al-Mushili pun pingsan. Setelah sadar dia pun merasa bahagia, lalu berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau telah mengujiku dengan cobaan yang menimpa para nabi”. Maka dia pun bersyukur dan malam itu dia melakukan shalat empat ratus rekaat.
Bisyr ibnul Harits berkata, “Fath al-Mushili berkata, “Barang siapa terus menerus melihat dengan mata hatinya, maka dirinya akan berbahagia dengan yang dicintainya ( Allah ). Dan barang siapa lebih mengutamakan Allah atas hawa nafsunya, maka hal itu menumbuhkan rasa cintanya kepada yang dicintainya ( Allah ). Dan barang siapa rindu kepada-Nya dan  tidak peduli terhadap selain Dia, memperhatikan hak-Nya, serta takut kepada-Nya, maka hal itu menumbuhkan pandangan kepada wajah-Nya yang mulia”.
Saya ( penulis ) katakan, “Ahli ibadah yang zahid ini senang dengan cobaan dan ridha dengannya. Karena cobaan Allah ‘azza wajalla kepada hamba-Nya merupakan bukti kecintaan-Nya kepadanya, sebagaimana terdapat di dalam sebuah hadits Nabi saw.,

“Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia mengujinya. Apabila dia bersabar, maka Dia menjadikannya dekat kepada-Nya”.
Dan keinginan seorang mukmin adalah dekat kepada Allah azza wajalla.