Julaibib dan Seorang Gadis yang Ridha Kepada Ketetapan Allah dan Rasul-Nya

Julaibib adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw. dari kaum Anshar. Dia mempunyai cacat di wajahnya. Suatu ketika Rasulullah saw. menawarkan padanya untuk menikahkannya. Lalu Julaibib berkata pada Rasulullah saw., "Engkau tahu tidak seorang pun yang mau menerima saya". Kemudian Rasulullah saw. membesarkan hatinya dengan berkata, "Akan tetapi di sisi Allah kamu bukanlah orang yang tertolak".
Setelah itu Rasulallah saw. menemui seorang laki-laki dari kaum Anshar, meminta kesediaannya untuk menikahkan anak perempuannya dengan Julaibib. Beliau berkata padanya, "Serahkanlah puterimu kepada saya untuk saya nikahkan dengan seseorang". Laki-laki tersebut lalu bertanya pada Rasulullah saw., "Siapakah yang akan engkau nikahkan dengan puteri saya?" Rasulullah saw. menjawab, "Julaibib". Lalu laki-laki tersebut berkata kepada Rasulullah saw., "Tapi saya harus minta persetujuan ibunya dulu". Kemudian dia menemui istrinya dan berkata padanya, "Sesungguhnya Rasulullah saw. akan melamar anakmu". Lalu dengan serta-merta istrinya berkata, "Oh ya, bagus sekali bisa menjadi istri Rasulullah saw.". Kemudian sang suami menjelaskan yang sebenarnya, "Bukan untuk Rasulullah saw.". "Lalu untuk siapa?" Tanya istrinya penasaran. "Untuk Julaibib", jawab suaminya. Tatkala mendengar jawaban suaminya tersebut seketika sang istri menolaknya dengan berkata, "Apa! Julaibib, apakah dia itu anaknya? Demi Allah saya tidak mengizinkan anak saya menikah dengan Julaibib".
Namun ketika sang anak mendengar penolakan ibunya tersebut, dia berkata, "Apakah kalian mau menentang perintah Rasulullah saw.". Lalu dia membacakan firman Allah yang berbunyi,

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata". (al-Ahzaab: 36).
Lalu dia berkata, "Bawalah saya kepada Rasulullah saw.. Sesungguhnya beliau tidak akan menyia-nyiakan saya". Demikianlah, seorang gadis yang ridha dengan ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Dia bersedia menikah dengan seorang sahabat yang dipilihkan oleh Rasulullah saw., meskipun sahabat tersebut adalah seorang yang buruk rupa dan miskin.
Pada sebuah peperangan, Julaibib gugur syahid. Rasulullah saw., ketika menemukan jenazahnya, bersabda, "Dia telah membunuh tujuh orang dalam medan perang, kemudian mereka membunuhnya”. Lalu beliau juga bersabda sampai tiga kali, "Dia adalah bagian dari saya dan saya adalah bagian darinya". 
Rasulullah saw. juga mendo'akan istri Julaibib, "Ya Allah semoga Engkau melimpahkan kebaikan padanya dan tidak menjadikan hidupnya dalam kesulitan".  Berkat do'a Nabi saw. tersebut dan juga keridhaannya terhadap ketetapan Allah dan Rasul-Nya, di kalangan Ansar dia menjadi wanita yang paling banyak hartanya.