2. Kisah Islamnya Abul

Abul ‘Ash bin Rabi’ masih dalam kedaan musyrik sampai sebelum pembebasan (fathu) kota Mekah. Suatu kali, bersama beberapa orang tokoh Mekah dia pergi berdagang membawa harta kaum Quraisy ke Syam. Di dalam perjalanan pulang, dia dicegat oleh ekspedisi Rasulullah saw. yang berada di bawah komando Zaid bin Haritsah. Kaum Muslimin mengambil seluruh harta mereka dan menawan beberapa orang di antara mereka. Abul ‘Ash dapat lolos. Akhirnya, dia masuk ke kota Madinah pada malam hari ke tempat kediaman Zainab r.a. putri Nabi, dan dia meminta perlindungan kepadanya. Zainab memberi perlindungan kepada Abul ‘Ash, dan perlindungan itu dia umumkan di masjid setelah shalat subuh di depan kaum Muslimin. Ketika Rasulullah saw. mendengar hal itu, beliau berkata kepada para sahabat, “Apakah kalian mendegar seperti yang aku dengar?”
“Ya,” jawab mereka.
“Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, aku tidak mengetahui hal itu sampai aku mendengarnya sekarang seperti yang kalian dengar. Boleh memberi perlindungan kepada kaum Muslimin orang yang paling rendah di antara mereka.”
Kemudian beliau menemui putrinya dan berkata kepadanya, “Muliakan  dia! tetapi jangan sampai  dia menyentuhmu, karena kamu tidak halal baginya.” 
Zainab r.a. berkata, “Dia datang untuk meminta hartanya.”
Rasulullah saw. mengumpulkan seluruh pasukan ekspedisi yang telah berhasil menawan beberapa tokoh Quraisy dalam kafilah dagang yang dipimpin oleh Abul ‘Ash dan berhasil pula menyita seluruh harta dan barang dagangan milik Quraisy. Rasulullah saw. berkata kepada mereka, “Posisi orang ini (maksudnya Abul ‘Ash) di antara kita sudah kalian ketahui dan kalian sudah menyita hartanya dan harta itu termasuk di antara harta rampasan (fai`) yang Allah karuniakan kepada kalian, tetapi aku ingin kalian berbuat baik, dan kalian kembalikan kepadanya harta miliknya, tetapi kalau kalian keberatan itu adalah hak kalian.”
Mereka berkata, “Kami akan kembalikan semuanya.”

Dan memang, akhirnya mereka mengembalikan semua yang mereka ambil sampai tali dan kendil tempat air. Ketika semua hartanya telah kembali kepadanya, Abul ‘Ash kembali ke Mekah dan dia pulangkan seluruh harta tersebut kepada pemiliknya lalu  dia berkata, “Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullaah, tak ada yang menghalangiku masuk Islam (saat berada di Madinah, pent.) selain aku khawatir kalian menyangka aku memakan harta kalian.” Kemudian  dia hijrah ke Madinah sebagai seorang muslim. Lalu, Rasulullah saw. mengembalikan putrinya kepadanya dengan akad nikah yang lama. Keislaman Abul ‘Ash semakin baik.  Dia wafat pada tahun 12 H.

Perindu yang Tak Pernah Tenang

Ibnu Jauzi rahimahullah menceritakan dari Muhammad bin Ibrahim al-Akhram,  dia berkata, “Suatu ketika aku pergi dari Mesir. Di tepi sebuah pantai aku melihat seorang wanita datang dari arah daratan. Aku bertanya kepadanya, ‘Hendak pergi ke mana wahai hamba Allah?’
Dia menjawab, ‘Ke tempat ibadah sebelah sana, anakku ada di sana.’
Aku berjalan bersamanya. Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara dari arah tempat peribadatan itu,

Seorang perindu yang tak pernah merasa tenang
Selalu ingin lari, tetapi dia tak berdaya
Seorang perindu hatinya bagaikan malam yang panjang
Di sana dia akan damai, tapi di saat siang dia merasa kesepian
Ia lakukan segala kebutuhannya untuk memperoleh ilmu
Tapi kepuasannya adalah dalam ibadah dan lari dari dunia
Duhai diri sabarlah terhadap dunia, sabarlah...
Setiap sesuatu di dalamnya akan diperhitungkan

Aku bertanya pada wanita itu, ‘Sudah sejak kapan anakmu disini?’
‘Sejak aku memberikan dia kepada-Nya dan Dia terima dariku.’”