TOBAT ABU BAKAR ASY-SYIBLI

    Ibnul Jauzi berkata, “Abu Bakar asy-Syibli adalah seorang penjaga pintu Khalifah al-Muwaffiq, dan ayahnya dalah Hajib al-Hijab. Pada suatu hari dia menghadiri majelis Khair an-Nassaj dan di situ dia bertobat.”
    Dia pernah berkata, “Ayahku meninggalkan untukku enam puluh ribu dinar selain hasil bumi. Kemudian aku menginfakkannya semua dan aku tinggal bersama para orang-orang fuqara.”
    Asy-Syibli pernah ditanya, “Apa yang paling mengagumkan?”
    Dia menjawab, “Hati yang mengenal Tuhannya, kemudian dia mengingkari dan bermaksiat terhadap-Nya.”
    Dia juga pernah berkata, “Orang yang senang dengan zikir tidak seperti orang yang senang dengan Yang disebut. Barangsiapa yang mengenal Allah swt., dia tidak akan merasa duka dan bersedih hati.”
    Suatu hari dia pernah ditanya,  “Apa itu zuhud?”
    Dia menjawab,  “Melupakan zuhud.”
    Abi Hatim at-Thabari berkata, “Aku mendengar Abu Bakar asy-Syibli berkata, ‘Jika kamu ingin melihat dunia dengan segala kebobrokannya, hendaklah kamu melihat ke tempat sampah. Jika kamu ingin melihat apa dirimu, hendaklah kamu melihat apa yang keluar darimu pada saat kamu berada di WC. Jika keadaannya seperti itu, tidak pantas baginya untuk sombong dan takabur terhadap orang yang sepertinya!

Putri Pembunuh Budak

Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin Harits r.a. yang merupakan putri dari pembunuh Abu Jahal (Mu’awwidz bin ‘Afra`) datang kepada Asma` binti Makhramah ibu Abu Jahal, bersama beberapa orang wanita Anshar di masa Umar ibnul Khaththab. Putranya, Abdullah bin Abi Rabi’ah, saudara Abu Jahal seibu, biasa mengirimkan parfum kepadanya dari Yaman, lalu dia jual. Para wanita di Madinah sering membeli parfum kepadanya. Ketika ibu Abu Jahal ini meletakkan parfum itu di dalam botol dan dia timbang untuk Rubayyi’ binti Mu’awwidz sebagaimana dia lakukan kepada yang lain, dia berkata, “Engkau memiliki sebuah kewajiban.”
Rubayyi’ berkata, “Ya, tuliskanlah kewajiban untuk Rubayyi’ binti Mu’awwidz.”
Ibu Abu Jahal berkata, “Celakalah kamu! Kamu adalah putri seorang pembunuh tuan.”
Rubayyi’ berkata, “Tidak, akan tetapi aku adalah putri seorang pembunuh budak.”
Ibu Abu Jahal berkata, “Demi Allah, aku tak akan menjual apa-apa kepadamu.”
“Dan aku, demi Allah, tidak akan membeli apa-apa lagi darimu selama-lamanya. Demi Allah, itu bukan parfum dan tidak pula harum-haruman.”