TOBAT SEORANG WANITA DARI BELAJAR SIHIR

Penyihir itu kafir dan orang yang datang ke penyihir agar melakukan perbuatan sihir juga sama seperti penyihir, dia itu kafir, belajar sihir juga kafir. Ibnu Katsir telah menyebutkan dalam kitab tafsirnya sebuah atsar dari Sayyidah Aisyah Ummul Mukminin r.a. bahwa dia berkata, “Ada seorang wanita yang datang dari Daumatul Jandal—dekat Damaskus—yang ingin bertemu Rasulullah saw. setelah beliau wafat. Tidak lama setelah wafatnya beliau, dia ingin menanyakan beliau tentang sesuatu yang masuk ke dalamnya sihir tapi belum mempraktikkannya.
    Aisyah berkata kepada Urwah, “Wahai keponakanku, aku melihatnya sedang menangis sampai akhirnya aku merasa kasihan padanya. Wanita itu berkata, ‘Sesungguhnya aku takut jika aku telah binasa. Dahulu aku mempunyai seorang suami dan dia meninggalkanku. Aku pun datang ke nenek tua dan mengeluhkan hal itu kepadanya.’” Nenek itu berkata, “Jika kamu melakukan apa yang aku perintahkan padamu, kamu bisa mendatangkannya lagi kepadamu.”
    Ketika datang waktu malam, kami didatangi dua ekor anjing hitam, maka aku menaiki yang satunya dan nenek itu menaiki yang lain.54 Belum apa-apa tiba-tiba kami sudah sampai di Babil 55—nama sebuah kota—yang di sana ada dua orang laki-laki yang tergantung dengan kaki keduanya.
    Keduanya berkata, “Apa tujuan kedatanganmu?”
    Aku menjawab, “Aku ingin belajar sihir.”
    Keduanya berkata, “Sesungguhnya kami hanya sebuah fitnah, janganlah kamu kafir dan kembalilah.”
    Aku menolak dan berkata, “Tidak.”
    Keduanya berkata, “Pergilah kamu ke tungku dapur itu dan kencinglah di situ.”
    Aku pun pergi ke sana dan aku merasa takut, hingga aku tidak berani melakukannya, lantas aku kembali kepada keduanya.
    Keduanya bertanya, “Apakah kamu melihat sesuatu?”
    Aku menjawab, “Aku tidak melihat apa-apa.”
    Keduanya berkata, “Kamu tidak melakukannya, pulanglah ke negerimu dan kamu kafir.” Aku serta merta menolaknya, dan keduanya berkata,  “Pergilah ke tungku dapur itu dan kencinglah di sana.” Kemudian aku pergi ke sana, namun kulit tubuhku merinding dan aku merasa takut, lantas aku pun kembali kepada keduanya dan berkata, “Aku telah melakukannya.”
    Keduanya bertanya, “Apa yang telah kamu lihat?”
    Aku menjawab, “Aku tidak melihat apa-apa.”
    Keduanya berkata, “Kamu bohong, pulanglah kamu ke negerimu dan janganlah kamu kafir, karena kamu berada pada puncak perkaramu.”
    Aku pun pergi dan kencing di sana. Lantas aku melihat seorang penunggang kuda yang memakai topi baja keluar dariku. Dia pergi ke langit dan menghilang dariku sampai aku tidak bisa melihatnya lagi. Kemudian aku mendatangi keduanya seraya berkata, “Aku telah melakukannya.”
    Keduanya bertanya, “Apa yang telah kamu lihat?”
    Aku menjawab, “Aku melihat seorang penunggang kuda yang memakai topi baja keluar dariku. Dia pergi ke langit dan menghilang dariku sampai aku tidak bisa melihatnya lagi.”
    Keduanya berkata, “Engkau benar, itulah dia keimananmu yang telah keluar dari dirimu, pergilah kamu!”
    Aku katakan kepada nenek tua itu, “Demi Allah, aku tidak tahu apa-apa dan keduanya tidak mengatakan sesuatu kepadaku.”
    Nenek tua itu berkata kepadanya, “Tidak, melainkan kamu tidak menginginkan sesuatu kecuali itu telah terjadi. Ambillah biji gandum ini dan sebarlah.”
    Aku pun menyebarnya dan berkata, “Tumbuhlah, ternyata telah tumbuh.” Aku katakan, “Menyambunglah, ternyata telah menyambung.” Kemudian aku katakan, “Tanggallah, ternyata telah tanggal.” Aku katakan, “Keringlah, ternyata telah kering.” Kemudian aku katakan, “Jadilah tepung, ternyata telah menjadi tepung.” Kemudian aku katakan, “Jadilah roti, ternyata telah menjadi roti.”
    Ketika aku sadar, sesungguhnya aku tidak menginginkan sesuatu kecuali hal itu telah terjadi, jatuh dalam tanganku dan aku merasa menyesal, dan demi Allah wahai Ummul Mukminin aku belum pernah melakukan apa-apa dan aku tidak akan melakukannya sama sekali.
    Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah saw. setelah wafatnya beliau dan mereka banyak sekali. Namun, mereka tidak tahu apa yang akan mereka katakan untuk wanita itu. Mereka semua merasa takut untuk memberi fatwa tentang apa yang tidak mereka ketahui.
    Penulis berpendapat, begitulah yang dilakukan oleh hawa nafsu dan setan terhadap wanita itu yang ingin mengembalikan suaminya tapi dia pergi ke tukang sihir. Akan tetapi, dia telah bertobat kepada Allah dan mudah-mudahan Allah menerima tobatnya. Banyak sekali wanita-wanita sekarang ini yang melakukan sihir pelet atau yang disebut sihir cinta untuk suami-suami mereka. Mereka menganggap bahwa itu adalah halal. Rasulullah saw. telah mengatakan tentang hal itu bahwa itu adalah syirik kepada Allah, dan yang namanya sihir itu adalah semuanya kafir. Wallahu a’lam.