WANITA

Ibnu Qudamah al-Maqdisi menyebutkan dalam kitab at-Tawwabin bahwa ada seorang wanita dari ‘Alawiyah yang suaminya telah meninggal dan anak-anaknya jatuh miskin di kota Balakh. Bersama anak-anaknya dia pergi ke kota Samarqand. Ketika dia mendatangi seorang tokoh kampung yang sedang berkumpul bersama kaum Muslimin dan di antara mereka ada seorang Majusi, wanita ‘Alawiyah itu mencari tokoh kampung yang muslim itu dan menerangkan kepadanya akan kondisinya saat ini, dia berkata,  “Saya ingin makanan untuk malam ini.”
    Tokoh kampung itu berkata padanya, “Berikan aku bukti bahwa kamu benar-benar seorang ‘Alawiyah.”59
    Wanita itu menjawab, “Tidak ada satu pun di kampung ini yang mengenalku.”
    Kemudian tokoh kampung itu pun menolaknya dan wanita itu pergi ke orang Majusi. Dia pun menceritakan apa yang telah dialaminya bersama orang muslim tadi. Lalu orang Majusi itu mengirim anggota keluarganya untuk pergi ke masjid tempat wanita ‘Alawiyah bersama anaknya itu tinggal, karena dinginnya udara yang menimpa negeri itu. Mereka lalu membawa mereka ke rumahnya dan orang Majusi itu memberi mereka pakaian yang bagus. Pada saat tengah malam tokoh kampung yang muslim tadi bermimpi dalam tidurnya seakan Kiamat sedang terjadi, dan bendera ada di atas kepala Muhammad saw. di sana ada sebuah istana dari batu zamrud hijau, orang itu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, untuk siapa istana ini?’”
    Beliau menjawab, “Untuk seorang muslim yang mengesakan Allah.” Orang itu berkata, “Ya Rasulullah, aku adalah seorang muslim yang mengesakan Allah.”
    Beliau berkata, “Coba berikan kepadaku bukti yang menguatkan bahwa kamu benar-benar sebagai seorang muslim yang mengesakan Allah.”
    Orang itu pun bingung. Lalu Rasulullah saw. berkata kepadanya, “Apa yang kamu maksudkan dengan wanita ‘Alawiyah itu dan engkau katakan kepadanya, ‘Berikan kepadaku bukti kuat, dan begitulah saat ini kamu aku minta memberikan aku bukti itu.’”
    Orang itu langsung kaget dan terbangun dari tidurnya seraya menangis dan menampar-nampar pipinya. Dia langsung pergi berkeliling kampung itu mencari di mana wanita ‘Alawiyah itu berada. Dia pergi mendatangi orang Majusi itu sambil bertanya, “Di mana wanita ‘Alawiyah itu?”
    Dia menjawab, “Ada padaku.”
    Orang itu berkata, “Aku menginginkannya.”
    Majusi itu menjawabnya, “Tidak ada jalan untuk itu.”
    Orang muslim itu berkata, “Ambillah seribu dinar dariku dan serahkan mereka kepadaku.”
    Majusi itu menjawab, “Aku tidak akan melakukannya. Mereka telah memintaku menerima mereka dan aku pun telah mendapatkan berkah karena kehadiran mereka.”
    Orang itu berkata, “Kamu harus bisa melakukannya.”
    Majusi itu berkata, “Apa yang kamu tuntut? Aku lebih berhak dan istana yang engkau mimpikan itu memang dibuat untukku. Apakah kamu ingin memperlihatkan keislamanmu kepadaku. Demi Allah, belum lagi aku dan anggota keluargaku tidur, kami langsung masuk Islam di tangan wanita ‘Alawiyah itu, dan aku pun bermimpi seperti engkau lihat dalam mimpimu, dan Rasulullah saw. berkata kepadaku, “Apakah wanita ‘Alawiyah itu dan anak-anaknya berada bersamamu?” Aku menjawab, “Ya.”
    Beliau berkata, “Istana ini milikmu dan anggota keluargamu, kamu dan anggota keluargamu termasuk ahli surga. Allah telah menciptakanmu sejak azal sebagai seorang mukmin.”60