TOBAT SEORANG AMIR DARI KESENANGAN DUNIA

Pernah Ibrahim bin Adham rahimahullah lewat di sebuah kuburan dan dia menaruh kasihan kepada orang yang di dalam kubur itu dan menangis. Pendampingnya kemudian bertanya, “Kuburan siapa ini?”
    Dia menjawab, “Ini kuburan Hamid bin Jabir seorang amir kota ini secara keseluruhan. Dahulu dia tenggelam dalam lautan dunia kemudian Allah swt. mengeluarkan dari kesenangan dunia dan menyelamatkannya.”
    Aku mendengar cerita bahwa pada suatu hari dia merasa gembira sekali dari tempat berhura-hura miliknya, dunia kehidupannya, kesenangan, dan fitnahnya. Kemudian dia tidur di tempat duduknya itu bersama dengan orang-orang dekat dari keluarganya. Dalam tidurnya dia bermimpi melihat seseorang yang berdiri di kepalanya. Di tangannya ada sebuah kitab, maka orang itu pun memberikannya. Dia membukanya dan di dalamnya ada sebuah surat dari emas yang bertuliskan di dalamnya yang berbunyi,
    Janganlah sekali-kali kamu lebih mengedepankan sesuatu yang binasa dengan yang kekal dan janganlah sekali-kali tertipu dengan kerajaanmu, kekuatanmu, kekuasaanmu, para pembantumu, para hamba sahayamu, kenikmatanmu dan syahwatmu, karena sesungguhnya yang kamu sekarang berada di situ adalah sesuatu yang besar tapi itu tidak ada harganya. Dia memang adalah suatu kerajaan tapi sesudahnya adalah kehancuran. Di situ ada kesenangan dan kebahagiaan, tapi itu adalah sebuah hura-hura dan tipu daya, dan dia adalah sebuah hari yang bisa dipercaya di hari esok. Maka, cepatlah kamu kembali ke jalan Allah swt. karena sesungguhnya Allah swt. berfirman,  “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133)
    Kemudian amir itu terbangun dari tidurnya seraya berkata, “Ini adalah sebuah peringatan dari Allah swt. hingga dia pun segera keluar dari kerajaannya yang tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Dia mendatangi ke gunung ini untuk beribadah di sini. Dia pun menceritakan awal mula masalahnya dan aku pun menceritakan awal mula perkaraku. Ketika aku masih bersamanya, dia meninggal dunia dan dimakamkan di sini. Semoga Allah merahmatinya.60

Keridhaan Syibl terdapat Qadha Allah

Abu Nu’aim meriwayatkan di dalam Hilyatul Auliya` dari Abu Musa ath-Thawil al-Bashri, dia berkata, “Pada suatu hari Syibl al-Marwazi ingin sekali makan daging. Lalu Syibl membelinya. Ketika meletakkannya, seekor burung rajawali menyambar daging tersebut. Maka Syibl pun berniat untuk berpuasa dan kembali ke masjid.
    Lalu seekor rajawali yang lain melihat rajawali yang mengambil daging Syibl, lalu ia berusaha merebut daging tersebut. Hal itu terjadi di atas rumah Syibl. Kemudian daging tersebut jatuh di dalam kamar istri Syibl. Lalu dia mengambilnya dan memasaknya.
Ketika Syibl kembali ke rumah untuk sarapan pagi, istrinya sudah menghidangkan masakan dari daging. Melihat hal itu Syibl bertanya kepada istrinya, “Dari mana engkau mendapatkan daging ini?”
Sang istri memberitahu bahwa ada dua ekor rajawali yang berebut daging, lalu daging itu jatuh di kamarnya. Maka Syibl pun menangis dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan Syibl walaupun Syibl lupa terhadapnya”.