Seorang Lelaki dari Tha`if dan Keridhaannya kepada Qadha Allah

Ibnu Abid Dunya menyebutkan dari Yunus bin Muhammad al-Makki rahimahullah, dia berkata, “Ada seorang lelaki dari Tha`if yang bercocok tanam. Ketika tanamannya tersebut tumbuh besar, hama menyerangnya dan kemudian terbakar. Maka kami mendatanginya untuk menghiburnya. Kemudian dia menangis dan berkata, “Demi Allah, saya tidak menangis karena rusaknya tanaman saya itu. Akan tetapi saya teringat firman Allah ta’ala,

“Seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya”. ( Ali Imran: 117 ). .
Lelaki itu ridha kepada qadha Allah. Dia takut jika yang terjadi padanya karena dia termasuk orang-orang yang zalim. Sehingga dia pun menangis karena takut kepada Allah, bukan karena sedih kehilangan tanamannya sebagaimana anggapan sebagian orang.

Arab Badui Dan Doa Imam Ali Agar Ia Dilapangkan

Qadhi at-Tanukhi menceritakan dari Ali bin Hammam: "Ada seorang Arab badui mengeluhkan kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a tentang kondisinya yang sangat sulit dan keluarganya yang banyak.

Imam Ali berkata padanya: "Engkau mesti banyak beristighfar karena Allah SWT berfirman: "Mohon ampunlah pada tuhanmu sesungguhnya Dia Maha Pengampun."
Laki-laki itu kembali mengeluh dan berkata: "Wahai Amirul Mukminin, aku sudah banyak beristighfar tapi saya tetap tidak merasakan kelapangan dari kondisiku sekarang."   
Imam Ali berkata: "Boleh jadi istighfarmu belum sempurna."
Arab badui itu berkata: "Kalau begitu ajarkanlah aku."
Imam Ali berkata: "Ikhlaskan niatmu, taati Tuhanmu dan ucapkan: "Ya Allah, sesungguhnya aku mohon ampun pada-Mu dari setiap dosa yang menguasai badanku yang telah Engkau beri kesehatan, atau yang disentuh oleh tanganku yang telah Engkau beri nikmat berlimpah, atau yang dikerjakan oleh kedua tanganku dengan keluasan rezeki-Mu, atau yang aku menyerah saja padahal aku takut dari hal itu, atau ketika aku terlalu yakin dengan santun-Mu, atau aku merasa tenang karena mulianya kemaafan-Mu. Ya Allah, aku mohon ampun dari segala dosa yang membuatku mengkhianati amanah yang diembankan padaku, atau aku rendahkan diriku, atau aku dahulukan kehinaanku, atau aku utamakan syahwatku, atau yang aku usahakan untuk orang lain, atau aku tipu orang untuk mengikutiku, atau aku congkak karena hebatnya siasatku, atau yang aku limpahkan pada-Mu wahai Tuhanku. Oleh karena itu jangan siksa aku atas perbuatanku karena benci pada maksiatku, karena Engkau Maha Tahu bahwa hal itu dengan pilihanku sendiri, aku yang menggunakan kehendak dan pilihanku, lalu Engkau santun kepadaku sehingga Engkau tidak memaksaku masuk ke dalamnya dan tidak pula Engkau bebankan padaku secara paksa, dan Engkau juga tidak menzalimiku sama sekali wahai Yang Maha Pengasih. Wahai temanku dalam kesempitan, wahai penghiburku dalam kesepian, wahai penjagaku dalam kesendirian, wahai kekasihku dalam segala nikmat yang dikaruniakan, wahai yang menghilangkan kesusahanku, wahai yang mendengar doaku, wahai yang mengasihi kesedihanku, wahai yang memaafkan kekhilafanku, wahai tuhanku yang sesungguhnya, wahai sandaranku yang paling kokoh, wahai harapanku dalam kesulitan, wahai tuhanku yang maha kasih, wahai Tuhan al-baitul 'atiq (baitullah), keluarkan aku dari lingkaran kesempitan menuju kelapangan jalan, lapangkanlah hamba yang bertaqarrub pada-Mu ini, leraikanlah dariku setiap kesulitan dan kesempitan, tanggungkan untukku semua yang aku sanggupi dan apa yang tidak aku sanggupi, keluarkanlah aku dari segala keresahan dan kesedihan, wahai Yang meleraikan keresahan, wahai yang menghilangkan kegundahan, wahai yang menurunkan kesejukan, wahai yang memperkenankan doa hamba yang kesulitan, wahai Yang maha pengasih dan penyayang di dunia dan akhirat, limpahkanlah shalawat dan salam kepada hamba-Mu terbaik Muhammad saw. beserta keluarganya yang mulia dan suci. Lapangkanlah kesempitan yang aku rasakan di dadaku, limpahkanlah kesabaran padaku. Aku tak punya daya dan kekuatanku sangat lemah, wahai yang menghilangkan segala bahaya dan bencana, wahai yang Maha Tahu segala rahasia, wahai yang Maha Penyayang, aku serahkan segala urusanku kepada Allah, sesungguhnya Allah maha melihat hamba-hamba-Nya, dan tidaklah aku memperoleh taufiq kecuali dengan kehendak Allah, kepada-Nya aku bertawakkal dan Dialah tuhan 'arsy yang agung."

Arab badui itu berkata: "Aku lalu beristighfar dengan doa itu berkali-kali, maka Allah SWT menghilangkan keresahan dan kesempitan dari diriku, melapangkan rezekiku dan menghapuskan cobaan yang menimpaku." 

Imam Ali karramallahu wajhah telah menunjuki jalan yang benar pada laki-laki tersebut untuk melapangkan kesempitan dan kegundahannya serta meraih kelapangan rezeki dengan menghadapkan diri secara total dalam berdoa kepada Allah dan mengikhlaskan niat sebelum berdoa dan banyak beristighfar.

DEMI ALLAH, AKU TIDAK AKAN BERMAKSIAT LAGI KEPADA-NYA

Abu Utsman at-Taymi berkata, “Ada seorang laki-laki bertemu di jalan dengan seorang biarawati yang sangat cantik sekali. Laki-laki itu pun tergoda dengannya lalu dia berusaha mencumbunya. Namun, biarawati itu menolak seraya berkata, ‘Janganlah kamu terperdaya dengan apa yang kamu lihat yang tidak ada sesuatu di belakangnya.’
    Laki-laki itu menolak dan tetap saja mencumbui wanita itu, sementara di sampingnya ada tempat bara api. Wanita itu meletakkan tangannya di dalamnya sampai akhirnya terbakar, laki-laki itu berkata kepadanya setelah puas melampiaskan nafsunya, ‘Apa yang mendorong kamu melakukan apa telah kamu lakukan itu?’
    Wanita itu berkata, ‘Sesungguhnya, ketika kamu memerkosa diriku, aku takut untuk turut serta bersama kamu dalam kelezatan, padahal aku ikut serta bersamamu dalam kemaksiatan, aku pun melakukan apa telah kamu lihat.”
    Laki-laki itu berkata kepadanya, “Demi Allah, tidak akan lagi mau melakukan maksiat kepada Allah selamanya. Dia kemudian bertobat dari apa yang telah dia kerjakan.”52