Keridhaan Imam Ahmad bin Hambal Terhadap Qadha Allah

Ali Ibnul Jahm berkata, “Dulu kami mempunyai seorang tetangga. Pada suatu hari dia membawa sebuah buku, lalu dia bertanya, “Tahukah kalian tulisan siapa ini?”
Kami menjawab, “Ini adalah tulisan Ahmad bin Hambal. Namun bagaimana dia menulis untukmu?”
Dia menjawab, “Ketika di Mekkah, kami menginap di rumah Sufyan bin Uyainah. Lalu berhari-hari kami tidak melihat Ahmad bin Hambal. Kemudian kami mendatangi rumah tempat Ahmad bin Hambal menginap. Penghuni rumah itu menjawab, “Dia di rumah itu”, sembari menunjuk ke sebuah rumah. Lalu kami mendatanginya. Pintu rumah itu menjorok ke dalam. Setelah kami mendekat, ternyata pintunya hanya kain yang sudah usang.
Setelah bertemu dengan Ahmad bin Hambal, kami bertanya kepadanya, “Bagaimana kabarmu wahai Abu Abdullah? Kami tidak pernah melihatmu sejak beberapa hari”.
Dia menjawab, “Bajuku dicuri”.
Maka saya katakan kepadanya, “Saya mempunyai sejumlah uang dinar. Jika engkau mau, hutanglah dulu atau engkau ambil saja”.
Namun dia tidak mau melakukannya.
Maka saya kembali bertanya kepadanya, “Apakah engkau mau saya upah untuk menuliskan saya?”
Dia menjawab, “Ya”.
Lalu saya memberikan satu dinar untuknya. Namun dia tidak mau menerimanya, dan berkata, “Belikan saya sehelai kain, dan potonglah menjadi dua”. Seraya memberi isyarat bahwa dia akan menggunakan setengahnya sebagai sarung dan setengahnya untuk tubuh bagian atas.
Dan dia berkata, “Dan bawalah kesini keperluan untuk menulis”.
Lalu saya menghadirkan kertas. Lalu dia menulis untuk saya. Dan inilah tulisannya”.

Aku Ingin Sesuatu yang Bukan Karena Jasa Makhluk

Sari as-Saqthi menceritakan, “Suatu hari aku pulang dari Mekah. Ketika sudah masuk ke daerah padang pasir aku melihat di sebuah sungai seonggok lobak. Lalu aku ambil lobak itu dan aku berkata, ‘Segala puji bagi Allah, aku berharap lobak ini halal dan tak ada jasa makhluk di dalamnya.’
Beberapa orang yang melihatku mengambil lobak itu berkata kepadaku, ‘Wahai Abul Hasan, lihatlah ke sini!’
Aku menoleh. Ternyata ada lobak lain yang lebih banyak. Orang itu berkata, ‘Ambillah!’
Aku berkata kepadanya, ‘Lobak pertama tidak ada jasa orang lain di sana. Sementara ini adalah atas petunjukmu dan aku ingin sesuatu yang tidak ada jasa makhluk di dalamnya dan tidak pula sesuatu yang akan menjadi beban di hadapan Allah kelak.’”