Firasatku Mengatakan Dia Seorang Perempuan

Ketika ajal akan menjemput Abu Bakar Shiddiq r.a., dia berkata kepada putrinya Ummul Mukminin Aisyah r.a., “Wahai putriku, tiada seorang pun yang lebih aku inginkan dia menjadi kaya selain dirimu dan tiada seorang pun yang aku tak ingin dia menjadi miskin sepeninggalku nanti selain dirimu. Oleh karena itu, aku telah memberimu lebih kurang dua puluh wasaq (sebuah ukuran untuk beras atau gandum seperti gantang dan sejenisnya, pent.). Seandainya kamu simpan itu adalah hakmu. Akan Tetapi, saat ini ia adalah harta warisan, sementara kamu mempunyai dua saudara dan dua saudari, maka bagikanlah sesuai dengan kitabullah.”
Abu Bakar r.a. mempunyai putri, yaitu Aisyah r.a. dan saudarinya Asma`. Aisyah r.a. bertanya, “Wahai ayah, kalau kondisinya demikian tentu akan aku tinggalkan dan itu untuk Asma`, tetapi siapa saudariku yang satu lagi?”
“Dia masih berada dalam perut Binti Kharijah. Aku punya firasat dia seorang perempuan.”
Istri Abu Bakar r.a., Habibah binti Kharijah sedang hamil. Maka, Abu Bakar r.a. berpesan kepada putrinya Aisyah, “Aku berfirasat bahwa dia seorang perempuan. Maka, didiklah dia dengan baik.”
Tidak berapa lama setelah itu,  Abu Bakar r.a. wafat. Setelah dia wafat istrinya melahirkan seorang putri, yaitu Ummu Kultsum yang terdidik dalam asuhan dan bimbingan Aisyah r.a. sebagaimana yang diwasiatkan oleh ayahnya.