Sa

Abu Nu’aim meriwayatkan di dalam kitab Hilyatul Auliya` dari Sa’ad bin Abi Waqqash r.a., dia berkata, “Kerika di Mekkah, kami bersama Rasulullah saw. mengalami kesulitan yang sangat sulit. Ketika kami tertimpa bala`, kami pun ridha dan tunduk kepada ketentuan Allah. Oleh karena itu kami pun sudah terlatih dan kami dapat bersabar.
Pada suatu malam, saya keluar rumah berbarengan dengan Rasulullah saw. untuk kencing. Ketika saya kencing, saya mendengar suara gemeretak karena air kencing saya menimpa sesuatu. Ketika saya perhatikan, ternyata itu adalah kulit onta. Maka saya mengambilnya dan saya cuci kemudian saya membakarnya, lalu saya letakkan di antara dua batu. Kemudian saya memakannya dan saya minum setelahnya. Dan saya memakannya untuk  tiga hari”.
Sa’ad juga pernah berkata, “Kami pernah berperang bersama Rasulullah saw., sedangkan kami tidak mempunyai apa-apa kecuali daun Hublah –nama sebuah pohon— dan buah ini”.

Ibadah Ahmad bin Hanbal

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata, “Ayahku adalah orang yang paling sabar dalam kesendirian. Tak seorang pun yang melihatnya, kecuali dia sedang di masjid atau menghadiri jenazah atau mengunjungi orang sakit. Dia tidak suka berjalan di pasar.”
Abdullah juga berkata, “Ayahku sering shalat setiap hari sebanyak tiga ratus rakaat. Ketika dia sakit akibat dicambuk (dalam fitnah khuluqul Qur`an, pent.) fisiknya menjadi lemah, sehingga dia hanya shalat setiap harinya seratus lima puluh rakaat, padahal usianya sudah mendekati delapan puluh tahun. Dia selalu membaca Al-Qur’an setiap hari dan menamatkannya setiap tujuh hari. Dia juga menamatkan Al-Qur’an dalam shalat malam setiap tujuh malam, selain shalat siang. Terkadang dia shalat isya kemudian tertidur sebentar lalu bangun kemudian  dia shalat dan berdoa sampai subuh.

Ayahku melaksanakan haji lima kali, tiga kali berjalan kaki, dan dua kali berkendaraan. Dalam beberapa hajinya, dia hanya membelanjakan sejumlah dua puluh dirham. Aku sering mendengar ayah membaca doa ini setiap selesai shalat, ‘Ya Allah, sebagaimana aku jaga wajahku dari sujud kepada selain-Mu, maka jagalah dia dari meminta-minta kepada selain-Mu.’ Di antara doanya juga, ‘Ya Allah, siapa yang dibelenggu oleh hawa nafsu atau logikanya sendiri dan dia mengira bahwa dia dalam kebenaran padahal sesungguhnya tidak, maka kembalikanlah dia pada kebenaran sehingga tiada satu pun dari umat ini yang tersesat. Ya Allah, jangan sibukkan hati kami dengan sesuatu yang telah Engkau jamin untuk kami. Jangan jadikan kami dalam menjemput rezeki-Mu budak bagi selain-Mu, jangan halangi kami dari kebaikan di sisi-Mu disebabkan oleh keburukan dari kami, jangan sampai kami ada di saat Engkau melarang kami dan jangan sampai kami tiada di saat Engkau menyuruh kami, muliakanlah kami dan jangan hinakan kami, muliakanlah kami dengan ketaatan dan jangan hinakan kami dengan kemaksiatan.’”
Demikian sekilas tentang ibadah dan kezuhudan Imam al-Faqih Ahmad bin Hanbal Imam Ahlus Sunnah wal Jamaah rahimahullah.