Keridhaan Nabi Ibrahim A.s di Saat Ajal Menjemputnya

Abu Nu'aim menyebutkan dalam kitabnya Hilyatul Auliyaa`, “Diriwayatkan dari Rakin al-Fazari, dia berkata, "Ketika Allah ingin menyabut nyawa Nabi Ibrahim, Dia mengutus malaikat maut kepadanya. Lalu Nabi Ibrahim berkata kepada malaikat tersebut, "Adakah Kekasih yang ingin menyabut nyawa kekasih-Nya?” Kemudian karena perkataan Nabi Ibrahim tersebut, malaikat maut langsung naik menghadap Allah. Setelah itu dia turun kembali menemui Nabi Ibrahim dan berkata padanya, "Wahai Ibrahim, adakah seorang kekasih merasa tidak senang berjumpa dengan Kekasihnya?" Setelah mendengar itu, seketika Nabi Ibrahim berkata pada malaikat maut, "Cabutlah nyawa saya sekarang juga".
Demikianlah keridhaan Nabi Ibrahim terhadap qadha dan qadar Allah, dia sambut pertemuannya dengan Tuhannya dengan perasaan senang dan bahagia.

Rindu yang Membara

Ja’far al-Khalidi berkata, “Aku mendengar Imam al-Junaid rahimahullah bercerita, ‘Suatu kali aku pergi haji seorang diri kemudian aku menetap di Mekah (semoga Allah selalu memuliakan Mekah). Pada malam hari aku pergi untuk melaksanakan thawaf. Ketika sedang thawaf aku melihat seorang wanita sedang thawaf.  Dia berkata,
Cinta ini enggan bersembunyi meski sudah kupendam
Ia selalu ingin muncul dan menggelora
Bila rinduku membara, hatiku senantiasa menyebutnya
Bila aku ingin dekat dengan Kekasihku, Dia akan dekat
Ia akan berhubungan denganku hingga aku dapat hidup
Ia membuatku mabuk hingga aku terbuai dan melayang-layang

Al-Junaid berkata, ‘Wahai wanita, tidakkah kamu takut kepada Allah? Kamu mengucapkan perkataan semacam itu di tempat yang mulia ini?’
Dia lalu menoleh kepadaku dan berkata, ‘Wahai Junaid, jangan ikut campur antara-Nya dan para pecinta-Nya.’
Kemudian  dia kembali melantunkan,

Kalau bukan karena perjumpaan
Engkau tak akan melihatku meninggalkan semua kesenangan
Sesungguhnya hawa telah membuatku meninggalkan kampung halaman
Aku telah mabuk karena cintaku kepada-Nya
Cinta-Nya telah memabukkanku

Kemudian  dia berkata, ‘Wahai Junaid, Kamu thawaf di Baitullah, apakah kamu melihat Tuhan Baitullah ini?’
Aku berkata, ‘Ini sesuatu yang membutuhkan dalil.’
Dia lalu mengangkat kepalanya ke langit dan berkata, ‘Mahasuci Engkau, Mahasuci Engkau, alangkah Agungnya Engkau, alangkah mulianya kekuasaan-Mu. Makhluk-makhluk thawaf seperti batu dan mengingkari ahli rahasia hati.’
Setelah itu  dia kembali melantunkan,

Mereka thawaf di Baitullah untuk bertaqarrub
kepada-Mu sementara hati mereka lebih keras dari batu
Andaikan mereka ikhlaskan hati tentu sifat mereka akan baik
Dan sifat-sifat Tuhan akan selalu berada pada mereka”

Al-Junaid berkata,  “Mendengar ucapannya itu aku jatuh pingsan.”