Sudah Kami Lakukan dan Kami Masih Ada Tambahan

Ja’far bin Muhammad, sahabat Bisyr al-Hafi berkata, “Suatu kali Bisyr al-Hafi sakit lalu dia dijenguk oleh Aminah ar-Ramliyah dari kota Ramlah. Dalam waktu yang sama Ahmad bin Hanbal juga datang menjenguknya. Ahmad bertanya, ‘Siapa wanita ini?’
Bisyr menjawab, ‘Aminah ar-Ramliyah, dia mendengar berita aku sakit lalu dia datang dari Ramlah untuk menjengukku.”
Ahmad bin Hanbal berkata, “Mintalah  dia untuk mendoakan kita.”
Aminah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya Bisyr bin Harits dan Ahmad bin Hanbal memohon kepada-Mu untuk melindungi mereka dari neraka, maka lindungilah mereka dari neraka.”
Ahmad bin Hanbal menceritakan, “Kemudian aku pulang. Pada malam harinya, ada sehelai kertas yang dilemparkan ke arahku dan di sana tertulis, ‘Sudah Kami lakukan dan Kami masih ada tambahan.’” 

BERTOBAT SETELAH 40 TAHUN BERBUAT MAKSIAT KEPADA ALLAH DAN ALLAH MENGAMPUNINYA

Diriwayatkan dalam sebuah atsar bahwa pada zaman Nabi Musa a.s., Bani Israil mengalami masa paceklik (kemarau panjang) maka keluarlah Nabi Musa beserta beberapa orang dari Bani Israil agar dia meminta hujan untuk mereka, dan berdoalah Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah, “Ya Allah, ya Tuhanku, curahkanlah hujan kepada kami, dan limpahkanlah rahmat-Mu pada kami, sayangilah kami bersama bayi-bayi yang masih menyusu serta binatang-binatang yang masih digembala dan orang-orang tua yang renta.”
    Allah swt. mewahyukan kepadanya, “Sesungguhnya di antara kalian ada seorang hamba yang secara terang-terangan berbuat maksiat terhadap-Ku selama 40 tahun.”
    Nabi Musa berkata di hadapan kaumnya, “Wahai hamba yang berbuat maksiat terhadap Allah secara terang-terangan selama 40 tahun, keluarlah kamu, karena oleh sebab kamu Allah mencegah turunnya hujan atas kami.”
    Maka, hamba yang berbuat maksiat itu menoleh ke kiri dan ke kanan, dia pun tidak melihat seseorang yang keluar. Dia tahu bahwa dirinyalah yang dimaksud. Dia bergumam dalam dirinya, “Apabila aku keluar di antara khalayak ini, aku akan dipermalukan di tengah-tengah Bani Israil, tapi apabila aku tetap duduk bersama mereka tidak akan mendapatkan hujan karena aku, lalu dia memasukkan kepalanya ke dalam bajunya sambil menyesali perbuatannya dan bertekad akan berbuat taat.” Dia berkata, “Tuhanku, aku telah berbuat maksiat terhadap-Mu selama 40 tahun, namun Engkau tetap memberikanku kesempatan. Kini aku telah datang dengan tekad untuk berbuat taat, maka terimalah aku.”
    Belum lagi selesai dia berbicara, tiba-tiba awan putih meninggi lalu turunlah hujan bagaikan mata air yang mengalir. Kemudian Musa berkata,  “Tuhanku dengan apa Engkau menyirami kami, sedangkan tidak ada seorang pun yang keluar di antara kami.”
    Allah menjawab, “Wahai Musa, sesungguhnya aku telah menyirami kalian dengan orang yang mencegah turunnya hujan.”
    Musa berkata, “Tuhanku, perlihatkanlah hamba-Mu yang berbuat taat ini.”
    Allah berkata, “Wahai Musa, Aku tidak mau mempermalukannya ketika dia berbuat maksiat kepada-Ku, maka akankah aku mempermalukannya saat dia berbuat taat kepada-Ku!!”
    Kisah ini begitu masyhur di antara para ulama dan para da’i karena kisah ini sangat menarik orang-orang yang berbuat dosa untuk kembali ke jalan Allah meski bertahun-tahun dia telah berbuat maksiat. Sesungguhnya pintu tobat itu selalu terbuka siang dan malam. Dari situ kita dapat pelajaran bahwa seseorang itu diharamkan mendapat rezeki karena dosa yang dia lakukan, meski Allah memberi rezeki kepada siapa pun tanpa menghitungnya.
    Allah telah menutupi orang ini saat dia bertobat sebagaimana Allah menutupinya selama dia berbuat maksiat. Itulah rahmat Allah swt. yang mencakup seluruhnya sampai pada hamba-Nya yang berbuat maksiat.