TOBAT ABDURRAHMAN AL-QAS DARI CINTA KEPADA SALAMAH

    Khallad bin Yazid berkata, “Aku mendengar para syekh kami dari warga Mekah bercerita bahwa al-Qas—Abdurrahman56—dia adalah orang yang bagi penduduk Mekah paling baik ibadahnya dan paling menonjol dalam hal menjauhi kenikmatan dunia. Pada suatu hari dia berjalan dan melintasi rumah Salamah seorang budak wanita milik seorang dari Quraisy—budak itu adalah seorang penyanyi dan penyair—al-Qas mendengar nyanyiannya dan dia berhenti untuk mendengarkannya, hingga tuan budak itu melihatnya.
    Dia berkata, “Apakah kamu hendak masuk dan mendengarkannya?”
    Dia merasa berat hati, belum lagi dia tetap seperti itu. Lantas, dia pun merasa mantap dan berkata, “Dudukkan aku di tempat yang aku tidak bisa melihatnya dan dia tidak bisa melihatku.”
    Orang itu berkata, “Akan aku lakukan.”
    Dia pun masuk. Salamah pun bernyanyi demikian memukaunya. Hingga tuannya berkata, “Apakah kamu mau budak itu menjadi milikmu?”
    Dia merasa berat hati, kemudian dia merasa mantap. Dia terus mendengarkan nyanyiannya sampai akhirnya dia jatuh cinta pada Salamah dan budak itu pun juga jatuh cinta. Hal itu sampai diketahui oleh warga Mekah.
    Mereka berkata, “Al-Qas telah jatuh cinta pada Salamah.”
    Pada suatu hari dia berada berduaan dengannya. Salamah berkata kepadanya, “Demi Allah, aku cinta kepadamu.”
    Al-Qas pun berkata, “Demi Allah, aku juga cinta kepadamu.”
    Salamah berkata, “Aku senang jika aku bisa meletakkan mulutku di mulutmu.”
    Al-Qas berkata, “Demi Allah, aku juga.”
    Salamah berkata, “Aku senang jika aku bisa menempelkan dadaku di dadamu.”
    Al-Qas menjawab, “Demi Allah, aku juga.”
    Salamah berkata, “Lantas apa yang menghalangimu? Demi Allah, tempat ini kosong.”
    Al-Qas berkata, “Sesungguhnya aku telah mendengar Allah swt. berfirman, ‘Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.’” (az-Zukhruf: 67)
    Aku benci jika kesempatan kosong ini antara aku dan kamu berubah menjadi permusuhan di hari Kiamat nanti.
    Salamah berkata, “Ya benar, apakah kamu menganggap bahwa Tuhanmu tidak akan menerima kita jika kita bertobat kepada-Nya?”
    Dia menjawab, “Benar, akan tetapi aku tidak merasa aman jika datang sesuatu yang mendadak.”
    Kemudian dia bangun dan kedua matanya bercucuran air mata. Dia tidak kembali lagi kepada Salamah, akan tetapi dia kembali melakukan apa yang sebelumnya dia lakukan yaitu shalat dan beribadah dengan tekun dan khusyu kepada Allah swt..