TOBAT SESEORANG DARI BANI ISRAIL

Ada seseorang dari Bani Israil yang sering melakukan kemungkaran. Karenanya, ada satu keluarga dari Bani Israil yang mengirim kepadanya seorang budak perempuan untuk meminta agar dia mau memberikan mereka sesuatu karena mereka telah tertimpa paceklik. Orang itu berkata kepada budak itu,  “Tidak, kecuali jika engkau puaskan aku dengan dirimu.”
    Budak itu keluar dan pergi meninggalkannya setelah apa yang dimintanya ditolak. Akan tetapi, mereka tetap memaksanya dengan keras, budak itu pun kembali meminta lagi kepadanya.
    Dia berkata, “Berikanlah kami.”
    Orang itu berkata kepadanya, “Tidak, kecuali jika engkau puaskan aku dengan dirimu.”
    Budak wanita itu pun pulang dan mereka tetap saja memaksanya dengan keras. Dia pun mendatanginya untuk ketiga kalinya. Orang itu berkata kepadanya yang telah dikatakan sebelumnya. Budak itu pun menjawab, “Terserah kamu.”
    Pada saat orang itu berduaan dengan budak wanita ini, budak wanita ini menjauh dan gemetar. Orang itu berkata kepadanya, “Apa yang terjadi pada dirimu?”
    Dia menjawab, “Ini perbuatan yang belum pernah aku lakukan sebelumnya sama sekali.”
    Orang itu berkata, “Kamu takut kepada Allah dan tidak berani melakukannya dan aku akan melakukannya?”
    Aku bersumpah kepada Allah bahwa aku tidak akan lagi kembali melakukan apa yang selama ini aku kerjakan. Kemudian Allah mewahyukan kepada seorang nabi dan nabi-nabi mereka bahwa si fulan itu telah ditetapkan termasuk ahli surga.

Berjumpa dengan Allah dalam Keadaan Berpuasa

Abu Bakar an-Nisaburi menceritakan, “Aku datang menjenguk Ibrahim bin Hani` di saat-saat terakhir kehidupannya. Dia berkata kepada putranya, Ishaq, ‘Apakah matahari sudah terbenam?’
Ishaq menjawab, ‘Belum.’
Saat itu Ibrahim tengah berpuasa. Putranya berkata kepadanya, ‘Wahai ayah, ada keringanan bagimu untuk berbuka dalam kondisi seperti ini dalam puasa wajib apalagi sekarang engkau puasa sunnah.’
Dia berkata, ‘Sabar.’ Kemudian  dia membaca,

KHAT

‘Untuk (kemenangan) serupa ini, hendaklah beramal orang-orang yang mampu beramal.’ (ash-Shaaffaat: 61)

Tak lama setelah itu dia wafat.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa dia berkata kepada putranya, “Aku haus.”
Kemudian putranya datang membawa air minum. Sebelum minum, Ibrahim bertanya kepada putranya, “Apakah matahari sudah tenggelam?”
“Belum,” jawab putranya.
Ibrahim menolak air itu dan membaca, “Untuk saat seperti inilah manusia harus beramal.” Kemudian dia wafat. Semoga Allah merahmatinya.
Ibrahim bin Hani` an-Nisaburi wafat pada hari Rabu, 4 Rabiul Akhir tahun 265 H. Dia adalah seorang ahli fiqih dan ahli ibadah. Dia hidup di Baghdad dan termasuk salah seorang perawi hadits.
Begitulah keadaan para ahli ibadah dan ahli fiqih, selalu berpuasa dan melaksanakan qiyam, bahkan pada detik-detik terakhir kehidupannya. Mereka sangat menyadari bahwa husnul khatimah adalah tujuan setiap mukmin dan dalam keadaan itu dia ingin berjumpa dengan Allah swt. di hari Kiamat nanti. Setiap orang akan dibangkitkan berdasarkan amalan terakhir yang dikerjakannya di dunia. Kita bermohon kepada Allah akhir kehidupan yang baik dan mengaruniakan kepada kita amal yang saleh dan diterima sebelum kematian menjemput. Semoga syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah menjadi perkataaan terakhir kita di dunia dan dalam kondisi itu kita berjumpa dengan Allah.

Ahli Ibadah dan Jihad fi Sabilillah 

Al-Junaid berkata bahwa Muhammad as-Samin  berkata kepadaku, “Dalam masa yang cukup lama aku selalu bekerja dengan penuh gigih dan aku mendapatkan kebahagiaan dalam pekerjaan itu. Kemudian aku pergi berperang dan semangat ini masih bersamaku. Musuh menyerang kaum Muslimin habis-habisan. Mereka merapatkan barisan dan bersatu padu. Hal itu menimbulkan perasaan takut pada sebagian kaum Muslimin melihat banyaknya jumlah musuh.
Aku perhatikan diriku dalam kondisi seperti itu juga dihinggapi sedikit perasaan gentar. Perasaan itu semakin berat. Kemudian aku cela diriku sendiri dan aku berkata, ‘Bukankah kamu biasanya melakukan pekerjaan dengan gigih dan penuh suka? Kenapa ketika datang saat-saat yang memang untuk itu kamu keluar, kamu malah goyah dan berubah?’
Aku terus mencela diriku. Kemudian terbetik dalam hatiku untuk turun ke sungai dan mandi. Lalu aku buka pakaianku. Setelah memakai sarung, aku segera mandi. Setelah mandi, aku merasakan semangat yang aku sendiri tak mengerti dari mana datangnya?
Kemudian aku keluar dari sungai dengan semangat itu dan aku kenakan kembali pakaianku. Lalu aku mengambil senjataku dan aku masuk ke dalam barisan. Aku berperang habis-habisan dengan semangat itu. Aku masih tak mengerti bagaimana ini bisa terjadi. Tiba-tiba aku sudah sampai di barisan belakang musuh. Akhirnya, mereka lari terbirit-birit dan kaum Muslimin menyerang mereka habis-habisan. Aku bertakbir. Dengan pekikan takbirku sebanyak empat ribu pasukan Romawi berhasil dibunuh dan Allah menjadikan hal itu sebagai faktor kemenangan kaum Muslimin.
Ahli ibadah ini awalnya telah melakukan ibadah secara teori. Kerinduannya untuk berjumpa dengan Allah dan mati di jalan-Nya semakin memuncak. Maka, ketika datang kesempatan untuk membuktikan niatnya yang baik dan ibadahnya, dia pergi berperang dan berjihad di jalan Allah, sehingga dia dapat melihat kematian itu secara langsung. Dia juga merasakan takut dan gentar seperti yang dirasakan orang lain. Akan tetapi, dia tetap bertahan disebabkan ibadahnya kepada Allah. Kemudian dia masuk ke sungai lalu mandi. Air sungai itu memadamkan api ketakutan dan waswas setan dalam dirinya. Lalu, dia keluar dengan penuh iman, kekuatan, dan semangat. Jiwanya penuh dengan keberanian dan semangat untuk maju di jalan Allah. Akhirnya, bantuan itu datang dari sisi Allah. Mahabenar Allah yang telah berfirman,

KHAT

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7)

(Selesai jilid dua dari buku ini dan Insya Allah akan segera menyusul jilid tiga).    
  

Referensi utama:
1.    Al-Qur’an Al-Karim.
2.    Shahih Bukhari.
3.    Shahih Muslim.
4.    Musnad Ahmad bin Hanbal.
5.    Shaidul Khathir karya Ibnu Jauzi.
6.    Shifatush Shafwah karya Ibnu Jauzi.
7.    Tuhfatudz Dzakirin karya Syaukani.
8.    Ar-Riqqah wal Buka` karya Ibnu Qudamah al-Maqdisi.
9.    At-Tawwabin karya Ibnu Qudamah al-Maqdisi.
10.    Al-Mustaghitsun billah karya Ibnu Bisykawal.
11.    Hilyatul Awliya` karya Abu Nu’aim al-Ashfahani.
12.    Al-Hawatif karya Ibnu Abid Dunya.
13.    Dala`ilun Nubuwwah karya al-Baihaqi.
14.    Al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir.
15.    Al-Muntazhim karya Ibnu Jauzi.
16.    Thabaqat Ibnu Sa’ad.
17.    Siyar A’lamin Nubala` karya adz-Dzahabi.
18.    Tarikh Dimasyq karya Ibnu ‘Asakir.
19.    Al-Ishabah karya Ibnu Hajar.
20.    Tarikh Thabari.

Sekilas tentang penulis:

-    Mansur Abdul Hakim Muhammad Abdul Jalil
-    Kelahiran Kairo
-    Meraih gelar Licence dalam bidang hukum Universitas ‘Ain Syam tahun 1978
-    Bekerja sebagai pengacara dan penulis

Karya-karya penulis:
-    150 Kisah Laki-Laki dan Wanita yang Dijamin Masuk Surga
-    150 Kisah Laki-Laki dan Wanita yang Dijamin Masuk Neraka
-    150 Kisah Laki-Laki dan Wanita yang Menangis karena Takut kepada Allah
-    150 Kisah Laki-Laki dan Wanita yang Allah Kabulkan Doa Mereka
-    150 Kisah Laki-Laki dan Wanita yang Ridha dengan Ketentuan Allah
-    150 Kisah Kelapangan Setelah Kesulitan
-    150 Kisah Orang-Orang yang Bertobat dan Kembali kepada Allah
-    120 Kisah Para Khulafa`
-    350 Kisah dari Sirah Nabawiyah
-    220 Kisah Tentang Para Nabi
-    110 Kisah dari Al-Qur’an
-    Ensiklopedi Wawasan
-    150 Kisah Laki-Laki dan Wanita yang Dimaafkan Oleh Rasulullah saw.
-    Para Wanita Ahlul Bait
-    Putri-Putri Para Shahabat
-    100 Kisah Tentang Kecerdasan Para Shahabiyat
-    Istri-Istri Para Nabi dan Rasul
-    Keajaiban Pengobatan dengan Berbekam
-    Uji Pengetahuan Keislaman Anda
-    Sejarah Mekah dan Masjidil Haram
-    150 Kisah Orang-Orang Saleh dan Zuhud Bagian Pertama, Kedua, dan Ketiga