Kisah Nabi Isa bin Maryam A.s. dan Seorang Lelaki Buta yang Sakit Kusta dan Tidak Mampu Berjalan

Dikisahkan bahwa pada suatu hari, Isa bin Maryam a.s. berpapasan dengan seorang lelaki buta yang sakit kusta, tidak mampu berjalan, kedua tangannya lumpuh dan daging tubuhnya melepuh karena lepra. Dan ketika itu lelaki tersebut sedang berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjaga saya dari cobaan yang banyak menimpa makhluk-Nya”. Maka Nabi Isa berkata kepadanya, “Wahai Tuan, saya tidak melihat sedikit pun cobaan yang dipalingkan darimu?!”.
Lelaki tersebut menjawab, “Wahai Ruh Allah, saya lebih baik dari pada orang yang di dalam hatinya tidak diberi makrifat tentang Allah seperti yang ada di dalam hatiku”. 
Maka Nabi Isa pun menyahut, “Engkau benar. Ulurkan tanganmu kepadaku”.
Lelaki tersebut mengulurkan tangannya, lalu dengan perantaraan itu Allah menyembuhkan semua penyakit yang dideritanya. Maka dia pun menjadi orang yang sangat tampan dan berperawakan sangat bagus. Semua penyakit yang dideritanya telah sembuh berkat kerhidaan Allah terhadapnya.
Kemudian dia pun selalu menyertai Nabi Isa a.s.

Hudzaifah Ibnul Yaman R.a. ketika Ajal Menjemputnya

Ketika ajal akan menjemput Hudzaifah ibnul Yaman r.a., dia berkata, “Ya Allah dulu saya takut kepada-Mu dan sekarang saya berharap kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa saya tidaklah suka terus menetap di dunia karena aliran sungainya dan karena buah-buahannya. Akan tetapi karena keinginan berpuasa di hari yang panas, shalat malam, mengikuti perjalanan waktu dan berkumpul dengan para ulama di majlis zikir”.
    Ketika sakaratul maut mendatanginya, dia berkata, “Ya Tuhanku, keraskan tarikan-Mu dan kuatkan cekikan-Mu. Demi kemuliaan-Mu, sesungguhnya Engkau tahu bahwa saya mencintai-Mu. Hatiku hanya ingin mencintai-Mu. Semoga datang kemakmuran hidup. Seorang kekasih datang dengan kefakiran, dia tidak lepas dari penyesalan”.

TOBAT HINDUN BINTI

Hindun binti ‘Atabah adalah istri Abu Sufyan bin Harb yang dulu menjadi pemimpin Quraisy dan salah seorang musuh Islam. Hindun adalah salah seorang musuh Rasulullah saw. dan umat Islam yang paling keras yang telah turut serta bergabung dengan suami dan kaumnya memerangi kaum Muslimin. Dia telah memerintahkan Wahsyi al-Habasyi untuk membunuh Hamzah bin Abdul Muththalib pada Perang Uhud, kemudian dia merobek perut Hamzah dan mengeluarkan jantungnya. Lalu dia mengunyahnya kemudian dia muntahkan. Setelah itu, dia pun menganiaya dan mencabik-cabik jasad Hamzah.
    Dia tetap dalam permusuhannya terhadap Islam selama dua puluh tahun sampai Fathu Mekah, walaupun suaminya yang menjadi pemimpin Mekah telah masuk Islam dan Rasulullah saw. telah memberi suaminya dan  penduduk Mekah rasa aman. Beliau berkata kepada Abu Sufyan, “Barangsiapa yang mengunci pintu rumahnya, dia aman. Barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman, dan barangsiapa yang masuk ke Masjidil Haram, dia aman.”
    Abu Sufyan mengumumkan kepada penduduk Mekah keputusan Rasulullah ini. Maka Hindun memegang kepala suaminya sambil teriak, “Kamu adalah petinggi kaum yang paling jelek. Demi Allah, tidak pernah aku terluka dengan satu luka, wahai penduduk Mekah. Kalian harus benar-benar membalas dendam. Bunuhlah dia!”
    Dia pun memerintahkan kaumnya untuk membunuh suaminya karena dia telah bergabung dengan orang-orang Islam pada saat itu. Akan tetapi, Allah swt. meniupkan Islam ke dalam hatinya. Mahasuci Allah Yang Berkuasa membalikkan hati manusia. Pada hari berikutnya dari Fathu Mekah dia datang dan Allah telah memberikan taufik-Nya untuk dia bertobat. Dia berkata kepada suaminya, “Sesungguhnya aku ingin mengikuti Muhammad.”
    Suaminya pun berkata kepadanya dengan tercengang dan penuh keanehan, “Kemarin, aku mendapatkan kamu membenci omongan seperti ini.”
    Dia berkata, “Sesungguhnya demi Allah, aku tidak pernah melihat Allah disembah sebelumnya dengan penyembahan sebenarnya kecuali di masjid ini. Dan demi Allah, mereka terus shalat baik dalam keadaan berdiri, ruku, dan sujud.”
    Abu Sufyan berkata, “Sesungguhnya engkau telah melakukan apa yang telah kamu lakukan, pergilah dengan seseorang dari kaummu.”
    Kemudian dia pun pergi ke Utsman bin Affan r.a. dan bersama dia ada beberapa wanita yang telah masuk Islam dari penduduk Mekah. Utsman pun memintakannya izin dan dia pun masuk dengan menutup mukanya agar tidak dikenali karena takut Rasulullah saw. akan membalas dendam dengan apa yang telah dilakukannya terhadap paman beliau Hamzah bin Abdul Muththalib.
    Rasulullah saw. pun mengambil baiat para wanita itu dan di antara mereka adalah Hindun. Beliau berkata kepada mereka, “Kalian membaiatku untuk tidak menyekutukan Allah dengan apa pun.”
    Hindun berkata, “Demi Allah, sesungguhnya engkau pasti akan mewajibkan kepada kami satu perkara yang engkau juga mewajibkannya kepada kaum laki-laki dan kami akan mematuhinya.”
    Beliau kemudian berkata, “Janganlah kalian mencuri dan berzina.”
    Hindun berkata, “Wahai Rasulullah, apa mungkin orang merdeka itu berzina?”
    Beliau berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau pasti Hindun binti ‘Atabah?”
    Dia berkata, “Aku adalah Hindun binti ‘Atabah, mohon ampunlah dari apa yang telah lalu. Semoga Allah mengampuni engkau.”
    Rasulullah saw. kemudian menerima tobat dan Islamnya dan menerima baiat darinya.
    Setelah keislamannya, Hindun pun turut serta dalam beberapa peperangan bersama suaminya di jalan Allah dan wafat pada masa kekhilafahan Umar ibnul hthab r.a. tahun 14 Hijriah. Semoga Allah meridhainya.

Balasan Tidak Adil terhadap Rakyat

Suatu ketika seorang khalifah Bani Umayyah, Hisyam bin Abdul Malik, melaksanakan ibadah haji ke Baitul Haram. Setelah tiba di tanah haram dia berkata kepada para pembantunya, “Datangkan kepadaku seorang sahabat Rasulullah.” Para pembantunya berkata, “Semua sahabat telah meninggal.”
Khalifah berkata lagi, “Kalau begitu seorang tabi’in.”
Lalu, dibawalah seorang tabi’in bernama Thawus al-Yamani. Ketika datang, Thawus menanggalkan sandalnya di permadani khalifah, dia tidak memberi salam dengan kata-kata Amirul Mukminin dan tidak pula dia panggil khalifah dengan gelarnya.  Kemudian dia langsung duduk di samping khalifah tanpa seizinnya dan dengan tenang dia berkata kepada khalifah, “Bagaimana kabarmu wahai Hisyam?”
Melihat sikap seperti itu, khalifah sangat marah sampai-sampai  dia berniat ingin membunuh Thawus. Para pembantunya berkata, “Wahai Amirul Mukminin, kamu berada di Tanah Haram milik Allah dan Rasul-Nya dan tidak dibolehkan membunuh di sini.”
Setelah itu, khalifah berkata kepada Thawus, “Wahai Thawus, apa yang membuatmu bersikap seperti itu? Kamu tanggalkan sandalmu di permadaniku, kamu tidak mengucapkan salam kepadaku dengan panggilan ‘Wahai Amirul Mukminin,’ kamu juga tidak panggil aku dengan gelarku, kemudian kamu duduk di sampingku tanpa seizinku, lalu kamu berkata, ‘Bagaimana kabarmu, Hisyam?’”
Thawus menjawab, “Adapun aku menanggalkan sandalku di permadanimu, maka sesungguhnya aku juga menanggalkannya di hadapan Rabbul ‘Izzah lima kali sehari. Oleh karena itu, jangan kamu kesal dan marah kepadaku. Adapun apa yang kamu katakan, ‘Kenapa kamu tidak memberi salam kepadaku dengan sebutan Amirul Mukminin,’ tidaklah semua kaum mukminin suka dengan kepemimpinanmu, maka aku takut kalau sampai bohong dan berlaku munafik.’ Tentang perkataanmu, ‘Engkau tidak memanggilku dengan gelarku,’ maka sesungguhnya Allah swt. memanggil nabi-nabi-Nya dengan nama mereka. Dia berkata, ‘Wahai Dawud, wahai Yahya, wahai Isa.’ Dan Allah memanggil musuh-Nya dengan gelarnya dalam firman-Nya, ‘Celakalah kedua tangan Abu Lahab.’ Tentang perkataanmu, ‘Engkau duduk di sampingku tanpa seizinku,’ maka sesungguhnya aku pernah mendengar Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, ‘Apabila kamu ingin melihat seorang penghuni neraka, maka lihatlah kepada seseorang yang di sekitarnya banyak orang berdiri.’”
“Nasihatilah aku,” pinta Khalifah.
Thawus berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, ‘Sesungguhnya di neraka Jahanam terdapat ular dan kalajengking berbisa sebesar kuda yang akan mematuk setiap pemimpin yang tidak berlaku adil kepada rakyatnya.’” Kemudian Thawus beranjak pergi.

TOBAT SEORANG PENCURI DI TANGAN ATHA AS-SULLAMI

‘Atha as-Sullami suatu hari keluar ke padang pasir untuk shalat malam. Di jalan ia dihadang oleh pencuri. Kemudian ‘Atha pun berdoa, “Ya Allah, cegahlah perbuatan orang itu.”
    Setelah berdoa, tangan dan kedua kaki orang itu pun lumpuh. Sehingga pencuri itu menangis dan berteriak, “Demi Allah! saya tidak akan mengulang lagi perbuatanku ini selamanya.”
    ‘Atha pun mendoakan kesembuhan baginya, sehingga kedua tangan dan kakinya kembali sembuh seperti sedia kala. Dan pencuri itu pun mengikutinya sambil bertanya, “Siapakah engkau?”
    Ia menjawab, “Saya bernama ‘Atha.”
    Kemudian di siang hari, sang pencuri bertanya kepada orang-orang, “Apakah kalian kenal seorang lelaki saleh yang keluar di waktu malam untuk shalat di padang pasir?”
    Mereka menjawab, “Ya, dia adalah ‘Atha as-Sullami.”
    Setelah itu pencuri itu pun mendatangi ‘Atha as-Sullami dan berkata kepadanya, “Saya datang kepadamu sambil bertobat dari perbuatanku ini dan ini dan ini. Doakanlah kepada Allah agar aku diampuni.”
    Maka ‘Atha pun mengangkat tangannya untuk berdoa kepada Allah bagi orang itu.