Umar bin Abdul Aziz dan Keridhaannya kepada Allah

Ibnu Abid Dunya meriwayatkan dari Busrah al-Juhani, dia berkata, “Ketika Abdul Malik bin Umar bin Abdil Aziz, Sahal bin Abdul Aziz dan Muzahim Maula Umar bin Abdil Aziz secara berturut-turut, Rabi’ bin Sabrah mendatangi Umar bin Abdul Aziz dan berkata kepadanya, “Semoga Allah melipatgandakan pahalamu wahai Amirul mukminin. Saya tidak pernah melihat seorang pun tertimpa musibah yang lebih besar dari musibahmu yang beruntun ini. Demi Allah, saya tidak pernah melihat seorang anak yang seperti anakmu. Saya juga tidak pernah melihat seorang saudara seperti saudaramu. Saya juga tidak pernah melihat seorang maula seperti maulamu”.
Lalu dia pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu seseorang berkata kepada saya, “Engkau telah menyulut kesedihannya”.
Kemudian Umar bin Abdil Aziz mengangkat kepalanya dan berkata, “Apa yang engkau katakan kepadaku tadi wahai Rabi’?”.
Lalu saya mengulangi apa yang saya katakan tadi.
Lalu Umar berkata, “Tidak. Demi Zat yang telah menetapkan kematian mereka, saya tidak menginginkan hal itu tidak terjadi”. Saya ( penulis ) katakan, “Itulah sikap orang yang ridha kepada qadha dan qadar Allah. Dia tetap ridha dengan terjadinya qadha Allah, walaupun hal itu bukan hal yang menyenangkan. Dan sikap itu hanyalah muncul dari seorang mukmin. Dan tidak diragukan lagi, bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz termasuk mereka yang berkata dan melakukan perkataannya, serta tahu dan memahami dengan baik. Kita tidaklah menganggap baik seseorang dengan melampaui Ilmu Allah. Hanya saja, kita melihat sejarah Khalifah Umar bin Abdil Aziz harum dengan pancaran-pancaran keimanan dan dia selalu berjalan di atas jalur orang-orang mukmin di masa awal Islam. Semoga Allah ridha terhadap mereka.

0 comments:

Post a Comment