TOBAT IBRAHIM BIN ADHAM

    Ibnu Qudamah menyebutkan dalam kitabnya at-Tawwabin tentang Ibrahim bin Basyar pembantu Ibrahim bin Adham, “Wahai Abu Ishaq, bagaimana awal-awal kepribadianmu dahulu?”
    “Ayahku adalah seorang dari warga Balakh (Khurasan). Kami adalah keturunan raja Khurasan, dan kami senang memburu binatang. Pernah aku keluar dengan menaiki kudaku sementara anjingku ikut menyertaiku. Ketika itu terlihat ada kelinci atau serigala yang meronta-ronta, aku pun memacu kudaku lantas aku mendengar suara yang memanggil dari belakang, ‘Kamu diciptakan bukan untuk ini dan tidak diperintahkan untuk ini.’ Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, namun aku tidak melihat satu orang pun. Aku berkata, ‘Allah melaknat iblis.’
    Kemudian aku memacu lagi kudaku, hingga aku pun mendengar suara yang lebih jelas dari itu tadi, ‘Wahai Ibrahim, kamu diciptakan bukan untuk itu dan bukan dengan itu pula kamu diperintahkan!!’ Aku berhenti melihat ke kanan dan ke kiri, dan aku tidak melihat siapa-siapa.
    Aku berkata, ‘Allah melaknat iblis.’
    Aku memacu kembali kudaku, dan aku mendengar suara dari dalam pelana kudaku, ‘Wahai Ibrahim, bukan untuk ini kamu diciptakan dan bukan dengan ini kamu diperintahkan.’
    Aku segera berhenti dan berkata, ‘Aku sadar, telah datang kepadaku peringatan dari Tuhan semesta alam, dan demi Allah aku tidak lagi melakukan maksiat kepada Allah sejak hari ini selama Tuhanku selalu menjagaku.’
    Aku segera kembali pulang ke keluargaku dan mendatangi salah seorang penggembala ternak ayahku. Aku meminta kepadanya sebuah baju jubah dan karung. Kemudian aku masukkan pakaianku ke dalamnya dan aku segera berangkat pergi ke Irak, sebuah negeri yang akan mengangkatku dan negeri yang akan menghinakanku. Sesampainya di Irak, aku bekerja beberapa hari dengannya. Aku tidak dianggap di sana dan aku bertanya kepada sebagian ulama, mereka berkata kepadaku, ‘Jika kamu mau mencari yang halal, hendaklah kamu pergi ke negeri Syam.’ Aku segera menuju ke Syam dan berjalan ke sebuah kota yang di sebut Manshurah, tepatnya di Mashishah dan aku bekerja beberapa hari di sana.”
    Dan begitulah Ibrahim bin Adham rahimahullah berpindah-pindah dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain dan dari satu negeri ke negeri yang lain untuk bertobat dan kembali ke jalan Allah.
    Amir Ibrahim bin Adham akhirnya menjadi orang yang kaya raya, mempunyai kedudukan dan kekuasaan. Ibrahim bin Adham seorang ‘abid dan zahid, serta seorang ulama besar, yang lidahnya selalu penuh dengan zikir kepada Allah dan penuh hikmah. Dia terus dikenang dalam buku-buku para ahli zikir dan al-‘Arifuna billah, serta termasuk para wali Allah yang saleh.

0 comments:

Post a Comment