Jangan Beberkan Apa yang Telah Allah Tutupi

Seorang lelaki datang menemui seorang khalifah Bani Umayyah, Sulaiman bin Abdul Malik. Laki-laki itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai sebuah nasihat.”
“Apa nasihatmu itu?” tanya Amirul Mukminin.
“Ada seorang laki-laki yang pernah menjadi pejabat di masa kekhilafahan Yazid, al-Walid, dan Abdul Malik, tetapi dia mengkhianati mereka semua dan merampas harta yang cukup banyak, maka suruhlah dia untuk mengembalikan harta itu.”
Khalifah berkata kepadanya, “Engkau lebih buruk dan lebih pengkhianat darinya karena kau telah memata-matainya dan membongkarnya. Kalau bukan karena teringat nasihat para ulama tentu kau sudah aku hukum.”
Kemudian Khalifah berkata, “Tetapi pilihlah satu dari tiga hal yang aku tawarkan kepadamu.”
“Apa tiga hal itu, wahai Amirul Mukminin?”
“Kalau kamu mau, aku akan meneliti apa yang telah kamu sampaikan. Seandainya kamu benar, maka kami adili kamu, jika kamu dusta kami akan menghukummu atau jika kamu mau kami akan biarkan (iqalah) dan lepaskan kamu.”
Lelaki itu berkata, “Aku pilih lepaskanlah aku, wahai Amirul Mukminin.”
Khalifah berkata, “Engkau aku lepaskan, tetapi jangan ulangi lagi membongkar apa yang telah Allah sembunyikan dan tutupi dari orang yang mempunyai harga diri.”
Yang dimaksud dengan al-iqalah (melepaskan) adalah membiarkannya seakan-akan dia tidak pernah mendengar apa-apa dan hal itu tidak akan ditindaklanjuti.  

0 comments:

Post a Comment