Wasiat Ubadah bin Shamit
Ubadah bin Muhammad bin Ubadah berkata, “Di saat Ubadah bin Shamit menghadapi sakaratul maut, dia berkata, ‘Bawalah aku ke ruang depan.’ Kemudian dia berkata, ‘Kumpulkan semua para pelayan, tetangga, dan semua orang yang pernah berkunjung kepadaku.’ Setelah mereka semua dikumpulkan, dia berkata, ‘Sesungguhnya firasatku mengatakan bahwa ini adalah hari terakhir bagiku di dunia ini dan nanti adalah malam pertama bagiku di akhirat. Aku tak tahu barangkali aku pernah bersalah kepada kalian, baik dengan perbuatan maupun perkataan. Demi Zat yang diri Ubadah ada di tangan-Nya, aku meminta kalian untuk meng-qishash-ku dan aku berharap sekali kepada setiap kalian yang pernah aku zalimi untuk meng-qishash-ku sebelum ruhku dicabut.’”
Mereka berkata, “Bahkan kamu adalah seorang ayah dan pendidik yang baik.” (Perawi kisah mengatakan, ‘Ubadah tak pernah sekalipun mengatakan hal yang buruk kepada pembantunya’).
Ubadah berkata, “Apakah kalian bersedia memaafkan semuanya?”
Mereka menjawab, “Ya.”
Ubadah berkata, “Ya Allah, saksikanlah. Sekarang peliharalah wasiatku, ‘Aku tidak ingin ada di antara kalian yang menangis. Jika ruhku sudah dicabut berwudhulah kalian dan sempurnakanlah wudhu kalian, kemudian pergilah ke masjid lalu shalatlah, kemudian mintakanlah ampunan untuk Ubadah dan untuk dirinya sendiri, karena Allah swt. berfirman,
KHAT
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat….” (al-Baqarah: 45). Kemudian bawalah jasadku segera ke kuburan dan jangan iringi aku dengan api.”