TOBAT HARUN AR-RASYID DI HADAPAN AL-FUDHAIL BIN IYADH

Al-Fudhail ibnur Rabi’ dan Khalifah Harun ar-Rasyid datang ke rumah al-Fudhail bin Iyadh. Fudhail kemudian membukakan pintu bagi keduanya. Dia lantas naik ke kamarnya dan segera mematikan lampu kemudian dia pergi ke satu sudut rumah. Kedua tamunya itu masuk dalam suasana gelap sambil merambah tembok yang ada. Telapak tangan Harun menyentuh telapak tangan Fudhail bin Iyadh seraya Fudhail berkata, “Aduhai betapa halus dan lembutnya telapak tangan ini jika besok selamat dari azab Allah.”
    Harun berkata,  “Ambillah untuk tujuan kami mendatangi kamu.”64
    Fudhail berkata kepadanya, “Sesungguhnya Umar bin Abdul Aziz ketika dia menjabat sebagai khalifah langsung memanggil Salim bin Abdullah, Muhammad bin Ka’ab al-Qarazhi dan Raja bin Haywah”.
    Dia berkata kepada mereka, “Aku telah terkena musibah ini, maka berikan masukan padaku. Khalifah pun menghitung semua yang dianggapnya sebagai sebuah musibah. Kamu dan para sahabatmu menganggapnya itu sebagai nikmat.”
    Salim bin Abdullah berkata kepadanya, “Jika kamu ingin selamat dari azab Allah, berpuasalah dari keduniaan dan jadikan buka puasamu itu sebagai kematian.”
    Muhammad bin Ka’ab berkata kepadanya, “Jika kamu ingin selamat dari azab Allah, hendaklah engkau jadikan orang-orang yang tua dari kaum Muslimin ini sebagai ayahmu. Dan mereka yang masih sebaya sebagai saudaramu, dan mereka yang masih kecil sebagai anakmu, berbaktilah kamu kepada ayahmu, dan bermurah hatilah kepada saudaramu, serta limpahkanlah kasih sayang kepada anakmu.”
    Raja bin Haywah berkata kepadanya, “Jika kamu ingin selamat dari azab Allah, cintailah kaum Muslimin seperti kamu mencintai dirimu, dan bencilah apa yang ada pada mereka seperti apa yang kamu benci pada dirimu, kemudian matilah jika kamu menghendaki.”
    Al-Fudhail berkata kepada Harun, “Sesungguhnya aku katakan ini kepadamu karena aku sangat khawatir padamu lebih takut dari ketakutan di hari kaki manusia tergelincir. Apakah ada orang bersamamu seperti mereka itu yang selalu menasihati dan menyuruhmu seperti ini?” Kemudian Harun pun menangis sejadi-jadinya sampai dia pingsan.
    Al-Fudhail ibnur Rabi’ berkata kepadanya, “Bersikap lembutlah kepada Amirul Mukminin.”
    Dia menjawab, “Wahai Ibnu Ummir Rabi’, apakah kamu dan para sahabatmu akan membunuhnya, sementara aku harus bersikap lembut dengannya?”
    Kemudian Harun pun siuman dari pingsannya seraya berkata,  “Tambahkan lagi,  semoga Allah merahmatimu.”
    Dia berkata, “Aku mendengar Amirul Mukminin bahwa ada seorang pegawai Umar bin Abdul Aziz yang diadukan kepadanya.”
    Umar pun menulis surat kepadanya, “Wahai saudaraku, ingatlah panjangnya waktu tidak tidur para penghuni neraka di dalam neraka sampai kekal selamanya. Hal itu akan mendorongmu ke pintu Allah dalam keadaan tidur dan jaga.”
    Ketika pegawai itu membaca surat itu, dia langsung mengarungi negeri itu sampai akhirnya datang ke Umar. Umar lalu bertanya, “Apa yang akan aku berikan kepadamu?”
    Orang itu menjawab, “Kamu telah mencopot jantungku dengan suratmu, aku tidak mau lagi menjadi pegawaimu sampai aku mati dan menghadap Allah swt..”
    Kemudian Harun pun menangis lalu berkata,  “Tambahkan lagi, semoga Allah merahmatimu.”
    Dia berkata, “Sesungguhnya kekuasaan itu adalah kesedihan dan penyesalan di hari Kiamat nanti. Jika kamu mampu untuk tidak menjadi penguasa atas seseorang, maka lakukanlah.”55

0 comments:

Post a Comment