TOBAT KHAIR AN-NASSAJ

Ja’far al-Khuldi bercerita, “Aku pernah bertanya pada Khair an-Nassaj,  ‘Apakah menenun adalah pekerjaanmu?’
    Dia menjawab, ‘Bukan.’
    Aku bertanya lagi, ‘Jadi dari mana kamu dinamakan dengan nama itu?’
    Dia menjawab, ‘Dahulu aku pernah bersumpah kepada Allah untuk tidak makan kurma seharian, namun aku tidak tahan dan aku ambil setengah rotul, dan ketika aku baru memakan satu buah saja, tiba-tiba ada seorang yang memandangiku lantas dia berkata, ‘Hei Khair, kamu telah kabur dariku?’
    Orang itu memang mempunyai anak bernama Khair dan kabur darinya, aku pun dimiripkan dengannya. Orang-orang berkumpul seraya berkata, ‘Orang ini demi Allah memang Khair anakmu.’
    Aku terus merasa bingung dengan apa yang telah aku alami, dan segera mengenali dosa dan kesalahanku.
    Orang itu membawaku ke tokonya yang sering dipakai untuk memenjarakan anak-anaknya. Mereka berkata, ‘Hei hamba yang jelek, kamu lari dari tuanmu.’
    Masuklah dan kerjakan pekerjaanmu seperti yang biasa kamu kerjakan, dan orang itu menyuruhku untuk menganyam cambuk. Aku ulurkan kakiku untuk segera bekerja, seakan-akan aku telah bekerja bertahun-tahun, dan aku bersama selama empat bulan bekerja menganyam untuknya. Pada suatu malam aku terbangun lantas aku segera berwudhu, kemudian aku shalat malam. Pada saat aku bersujud aku berkata dalam sujudku, “Ya Allah ya Tuhanku, aku tidak akan mengulangi apa yang telah aku lakukan. Ketika datang waktu pagi, tiba-tiba penyerupaan itu hilang dari diriku, dan aku kembali seperti parasku semula. Kemudian aku segera dibebaskan. Namun, nama itu terus melekat pada diriku. Jadi, sebab nama an-Nassaj itu datang karena aku telah mengitu syahwat yang telah aku janjikan untuk tidak memakan buah kurma, sehingga Allah menyiksa aku dengan apa yang telah kamu dengar.”68
    Khair an-Nassaj sering berkata,  “Tidak ada nasab yang lebih mulia dari nasab orang yang telah Allah ciptakan dengan tangan-Nya dan belum memeliharanya. Dan tidak ada ilmu yang lebih tinggi orang yang telah Allah ajarkan nama-nama semuanya, dan belum mendatangkannya manfaat di waktu terjadinya takdir atasnya.”
    Dia berkata, “Rasa takut itu adalah cambuk Allah yang diterapkan pada diri kita, karena jiwa itu terbiasa untuk melakukan tingkah laku yang jelek. Ketika anggota tubuh telah membuat jelek tingkah laku, hal itu karena kelengahan hati dan kegelapan kejahatan.”
    Khair an-Nassaj adalah Khair bin Abdullah Abul Hasan an-Nassaj, seorang sufi dari warga Sarru man ra’ yang tinggal di Baghdad. Dia berteman dengan Abu Hamzah al-Baghdadi dan Sarri as-Saqathi, Ibrahim al-Khawwash, umurnya mencapai seratus dua puluh tahun dan wafat pada tahun 322 H.

0 comments:

Post a Comment