Bagaimana Tidak Akan Dikabulkan Doanya
Alan berkata, “Apa yang tidak dikagumi dari orang ini (maksudnya Sari as-Saqthi). Dia membeli sekarung kacang seharga enam puluh dinar dan dia tulis di dalam catatannya tiga dinar untungnya.
Kemudian harga kacang menjadi sembilan puluh dinar. Setelah itu datanglah seorang makelar. Dia berkata, “Aku ingin membeli kacang itu.”
“Silakan,” kata Sari.
“Berapa?” tanya sang pembeli.
“Enam puluh tiga dinar,” jawab Sariy.
“Tapi sekarang sekarung kacang harganya sudah sembilan puluh dinar.”
“Aku telah mengadakan perjanjian antaraku dengan Allah yang tidak akan aku langgar bahwa aku tak akan menjualnya, kecuali seharga enam puluh tiga dinar.”
Makelar tersebut berkata, “Dan aku juga telah mengadakan perjanjian antaraku dengan Allah bahwa aku tak akan menipu seorang muslim pun. Aku tak akan mengambilnya darimu, kecuali dengan harga sembilan puluh dinar.”
Alan berkata, “Akhirnya makelar tersebut tidak jadi membeli dan Sari pun tidak jadi menjual. Bagaimana tidak akan dikabulkan doa orang-orang yang sikapnya seperti ini?”
Bagaimana dengan kita jika dibandingkan dengan mereka? Kita sekarang berada di masa di mana barang-barang pokok yang esensial bagi kehidupan manusia disimpan dan didominasi. Para pedagang menaikkan harga barang-barang dan laba mereka. Laa haula walaa quwwata illaa billaah al-‘aliyyil ‘azhiim. Semoga Allah merahmati Sari as-Saqthi, seorang ahli ibadah, ahli zuhud, dan pedagang yang jujur, juga calo yang sangat terpercaya tersebut.
Sari as-Saqthi adalah seorang pedagang, tetapi dia juga seorang ahli ibadah dan seorang alim, sebagaimana halnya Imam besar Abu Hanifah an-Nu’man pendiri mazhab yang terkenal dan juga imam-imam besar lainnya, semoga Allah merahmati mereka.
0 comments:
Post a Comment