Rasulullah saw. dan Terbunuhnya Hamzah, Paman Beliau

Pada perang Uhud, Hamzah bin Abdil Muthalib dibunuh oleh Wahsyi, seorang budak milik orang-orang musyrik, secara tidak jantan. Dia melemparnya dengan tombak dari belakang. Kemudian Hindun bintu Utbah datang membelah perut Hamzah dan mengeluarkan hatinya, lalu mengunyahnya. Dia juga memotong hidung dan kedua telinganya.
    Kemudian setelah peperangan usai, Rasulullah saw. mencari mayat Hamzah. Lalu beliau menemukannya di tengah-tengah lembah dalam keadaan perut terbelah dan hati telah dikeluarkan, serta sebagian tubuhnya dicincang secara keji.
    Melihat hal itu, beliau pun sangat sedih dan bersabda,

“Kalau tidak karena kesedihan yang akan dialami Shafiyyah dan akan menjadi sunnah setelahku, pasti aku akan membiarkan mayatnya, hingga kelak di padang mahsyar dia dikumpulkan dari perut-perut binatang buas dan burung-burung. Dan jika di sebuah peperangan dengan orang-orang Quraisy nanti Allah memenangkanku, pasti saya akan membalas kekejian mereka terhadap Hamzah dengan tiga puluh orang lelaki dari mereka”.
Ketika orang-orang muslim melihat kesedihan Rasulullah saw. karena perlakukan orang-orang Quraisy terhadap mayat Hamzah, mereka berkata, “Demi Allah, jika pada suatu hari Allah memenangkan kita atas mereka, pasti kita akan merusak tubuh mereka dengan bentuk yang tidak pernah dilakukan oleh seorang Arab pun”.
Di dalam as-Siirah an-Nabawiyyah, Ibnu Hisyam berkata, “Ketika Rasulullah saw. berdiri di sisi mayat Hamzah, beliau bersabda,

“Saya tidak akan pernah ditimpa kesedihan seperti ini. Saya tidak pernah mengalami hal yang lebih membuatku marah dari hal ini”.
Kemudian beliau bersabda, “Jibril datang kepadaku lalu memberitahu saya bahwa tertulis di penghuni langit tujuh, “Hamzah bin Abdul Muthalib adalah singa Allah dan singa Rasul-Nya”.
Dan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah ‘Azza wajalla menurunkan dari sabda Rasulullah saw. dan para sahabat beliau,

“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan”. ( an-Nahl: 126, 127 ).
Lalu Rasulullah saw. memaafkan dan bersabar serta melarang untuk mencincang musuh.  Dan beliau pun ridha terhadap qadha Allah.

0 comments:

Post a Comment