ORANG YANG PERTAMA BERTOBAT KEPADA ALLAH
Dia adalah Adam a.s. yang telah Allah ciptakan dari tanah kemudian menjadikannya tanah liat kering. Kemudian tanah liat itu menjadi lumpur hitam yang dibentuk, lalu Allah membiarkannya sehingga menjadi lumpur hitam bagaikan tembikar. Terakhir Allah meniupkan ruh ke dalamnya hingga jadilah dia manusia.
Rasulullah saw. bersabda,
“Ketika ditiupkan ke dalam Adam dan ruh sampai ke kepalanya, dia bersin dan berkata, ‘Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam.’ Allah Tabaraka wa Ta’ala berkata kepadanya, ‘Semoga Allah senantiasa merahmatimu.’”
Saat itu iblis yang terlaknat selalu berkeliling di sekitarnya, sementara Adam masih menjadi tanah liat yang dibentuk dan belum ditiupkan ruh ke dalam jasadnya dan sebelum iblis diusir dari surga, maka dia pun benci kepadanya.
Rasulullah saw. bersabda,
“Ketika Allah menciptakan Adam, Allah membiarkannya yang dikehendaki. Hal itu membuat iblis dapat mengelilinginya. Ketika dia melihatnya berongga, dia tahu bahwa dia tidak bisa menahan diri.”
Dan Allah Rabbul ‘Izzah, sebelum menciptakan Adam a.s. telah mengabarkan kepada para malaikat akan hal itu dan memerintahkan mereka untuk sujud kepadanya setelah ditiupkan ruh-Nya ke dalamnya, “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.’” (Shaad: 71-72)
Semua malaikat bersujud kepada Adam a.s. karena taat perintah Allah. Ketika itu iblis pun hadir dan menyaksikannya namun dia tidak bersujud karena hasad dan dengki kepada Adam yang telah Allah muliakan atas penciptaannya. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu.
Allah berfirman, “Dia (Allah) berfirman, ‘Wahai Iblis! Apa sebabnya kamu (tidak ikut) sujud bersama mereka?’ Ia (Iblis) berkata, ‘Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.’ Dia (Allah) berfirman, ‘(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari Kiamat.’” (al-Hijr: 32-35)
Penolakan iblis untuk bersujud kepada Adam merupakan kesombongannya dan dia termasuk orang-orang kafir dan balasannya adalah pengusiran dari rahmat Allah, kemudian dia dan para pengikutnya akan kekal di dalam api neraka.
Allah menempatkan Adam a.s. dan istrinya Hawa yang diciptakan darinya di dalam surga.
Allah berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau bersama istrimu dalam surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi janganlah kamu berdua dekati pohon yang satu ini. (Apabila didekati) kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” (al-A’raaf: 19)
Kemudian Allah swt. mengingatkan Adam dan Hawa akan iblis dan permusuhannya terhadap keduanya, “Kemudian Kami berfirman, ‘Wahai Adam! Sungguh ini (iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka. Sungguh, ada (jaminan) untukmu di sana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang, dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas matahari.’” (Thahaa: 117-119)
Adam dan Hawa boleh memakan dari semua pohon surga kecuali satu pohon yang tidak boleh dimakan. Selang beberapa waktu Adam dan Hawa tinggal di surga, setan itu bisa mendatangi keduanya untuk menggodanya. Dia membisikkan kepada Adam pikiran jahat kepadanya, “Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Thahaa: 120)
Iblis yang terlaknat itu terus menggoda Adam dan Hawa agar keduanya mau memakan dari pohon yang telah dilarang Tuhan mereka untuk tidak memakan darinya, sehingga Adam a.s. lupa larangan Tuhannya dan dia beserta istrinya memakan buah dari pohon tersebut.
Allah swt. berfirman, “Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, ‘Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).’ Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, ‘Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu,’ dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampak-lah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, ‘Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?’” (al-A’raaf: 20-22)
Ketika Adam dan istrinya melanggar perintah Tuhan mereka, yakni keduanya telah memakan buah dari pohon itu, aurat keduanya tersingkap dan terlihat. Keduanya kemudian mengambil daun-daun surga agar bisa menutupi aurat mereka berdua dan menjadikannya kain. Lantas Adam pun bersembunyi karena malu kepada Tuhannya. Hingga Tuhannya memanggilnya, “Apakah kamu lari dari-Ku wahai Adam?” Adam berkata, “Tidak, tetapi malu kepada Engkau wahai Tuhan dari apa yang telah aku perbuat.”
Adam a.s. menyadari kesalahannya, hingga dia pun bersegera diri untuk bertobat kepada Allah. Dia dan istrinya berkata, “Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.’” (al-A’raaf: 23)
Kalimat-kalimat itu akhirnya menjadi doa dan istigfar pertama bagi Adam dan juga keturunannya sesudahnya. Itu adalah awal tobat dari orang yang pertama kali bertobat kepada Allah, dan Allah swt. benar-benar menerima tobatnya. Namun, Allah menurunkannya ke bumi agar dia dan keturunan sesudahnya bisa hidup di dalamnya.
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. Kami berfirman, ‘Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.’” (al-Baqarah: 37-38)
0 comments:
Post a Comment