Bilal Bin Rabah dan Keridhaannya Terhadap Qada dan Qadar Allah

Bilal bin Rabah adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw. yang  mulia. Dia masuk Islam di Mekah pada awal-awal munculnya Islam. Dulunya dia adalah seorang budak dibawah kepemilikan Umayyah bin Khalaf. Ketika tuannya itu tahu bahwa dia masuk Islam, dia disiksa dengan kejam. Pada suatu siang yang sangat panas, dia diseret di atas pasir panas, kemudian sebongkah batu besar diletakkan di atas dadanya. Semua itu dilakukan oleh tuannya agar dia mau kembali kepada kemusyrikan dan meninggalkan Islam dan pembawa risalahnya, Rasulullah saw.. Akan tetapi siksaan tersebut sama sekali tidak membuat goyah iman Bilal. Bahkan dengan tegar, mulutnya selalu menguucapkan kata-kata, "Ahad, Ahad (Zat Yang Maha Esa)".
Demikianlah, Bilal disiksa karena menempuh jalan Allah.  Hingga suatu saat datang Abu bakar dan membelinya dari tuannya, kemudian memerdekakannya karena mengharap ridha Allah.
    Pada suatu hari Rasulullah saw. berkata padanya, "Perbuatan mulia apakah yang engkau lakukan dalam Islam, hingga malam ini saya mendengar suara langkah sendalmu di surga?" Bilal menjawab, "Saya tidak melakukan perbuatan apapun kecuali saya selalu bersuci dengan baik di waktu malam dan siang untuk mengerjakan shalat sebaimana yang diwajibkan pada saya".  Rasulullah saw. juga bersabda, "Orang-orang mulia yang bekulit hitam adalah Luqman, an-Najasyi, Bilal dan Mihja'”. 
    Bilal adalah mu`azin Rasulullah saw. semasa hidup beliau. Setelah beliau wafat, dia tidak lagi bersedia menjadi mu`azin. Pada zaman khalifah Abu Bakar, Bilal minta izin untuk ikut berperang di jalan Allah. Kemdian dia pergi ke Syam dan meninggal di sana. Menjelang wafatnya, bilal berkata, "Besok saya akan bertemu dengan orang tercinta, yaitu Muhammad dan para sahabatnya". Ketika mendengar itu, istrinya langsung berkata padanya, "Sungguh celaka". Lalu Bilal cepat meralat perkataan istrinya tersebut dan berkata padanya, "Akan tetapi katakanlah, “Sungguh bahagia dan menyenangkan hal itu. Besok saya akan bertemu dengan orang tercinta, yaitu Muhammad dan para sahabatnya".
Bilal merasa gembira dan ridha dengan qada dan qadar Allah di saat ajalnya tiba. Karena dengan itu, kenikmatan yang sempurnya telah menunggunya, yaitu bertemu dengan Allah dan Rasul-Nya, juga para sahabat Rasulullah saw. yang mulia. Sungguh sebuah perjumpaan yang menggembirakan.  Semoga Allah kelak mengumpulkan kita dengan mereka dalam curahan rahmat-Nya.

0 comments:

Post a Comment