Nuruddin Zanki Dan Kelapangan Setelah Kesempitan

Sibth Ibnu Jauzi  menceritakan dari Najmuddin Salam dari ayahnya, ia berkata: "Ketika bangsa Eropa mengepung Dimyath, Nuruddin terus berpuasa selama dua puluh hari dan tidak berbuka kecuali hanya dengan air. Akhirnya kondisinya sangat lemah dan hampir menyebabkannya meninggal. Ia seorang yang sangat berwibawa. Tak seorangpun yang berani berbicara dengannya dalam masalah itu.

Yahya (salah seorang sahabat Nuruddin) menceritakan bahwa ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. dan Rasulullah berkata padanya: "Wahai Yahya, sampaikan kabar gembira pada Nuruddin bahwa bangsa Eropa itu akan hengkang dari Dimyath. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, bisa jadi ia tidak mempercayaiku." Rasulullah bersabda: "Katakan padanya tentang tanda yang tampak di Harim." 

Yahya terbangun. Ketika shalat subuh ia melihat Nuruddin khusuk berdoa. Yahya menjadi segan untuk berbicara dengannya. Tiba-tiba Nuruddin berkata: "Wahai Yahya, engkau yang mulai bicara atau aku yang mulai?"
Yahya gemetar dan tetap diam. Akhirnya Nuruddin berkata: "Biar aku yang mulai. Engkau mimpi bertemu dengan Nabi saw. malam tadi dan ia bersabda padamu begini dan begini."
Yahya terkejut dan berkata: "Benar demi Allah wahai tuanku, tapi apa makna sabda beliau tentang tanda di Harim?"
"Ketika kita berhadapan dengan musuh, aku khawatir tentang masa depan Islam maka akupun menyendiri dan aku taburi wajahku dengan tanah lalu aku berkata: "Wahai tuhanku, aku tak peduli dengan diriku asalkan agama ini tetap tinggi dan pasukan muslimin meraih kemenangan. Agama adalah agama-Mu dan tentara adalah tentara-Mu. Maka hari ini lakukanlah apa yang pantas dengan kemuliaan-Mu."
Yahya mengakhiri ceritanya: "Akhirnya Allah memenangkan kami melawan bangsa Eropa itu."

0 comments:

Post a Comment