Siapa yang Senang Bertemu dengan Allah, Allah pun akan Senang Bertemu dengannya

Kisah berikut ini menjelaskan maksud dari sabda Rasulullah saw., "barang siapa yang senang bertemu dengan Alah, Allah pun akan senang bertemu dengannya. Sedang siapa yang tidak senang bertemu dengan Allah, Allah pun tidak akan senang bertemu dengannya."

Imam Abu Hamid al-Ghazaliy dalam bukunya memuat cerita yang dinukil dari Wahab ibnu Manbah, seperti berikut ini.

Pada suatu jaman, hiduplah seorang raja. Suatu saat, ia ingin pergi ke suatu daerah. Lantas, sang raja meminta para pelayannya untuk membawakan baju-baju untuknya, tetapi tidak ada satu baju pun yang ia senangi sampai akhirnya raja itu mendapatkan baju yang ia senangi, itupun setelah beberapa kali mencoba pakaian simpanannya.

Begitu juga halnya dengan kendaraan yang ingin dinaikinya, kendaraan itu harus sesuai dengan hasratnya maka ia memilih salah satu yang terbaik dari seluruh kendaraannya setelah terlebih dahulu disodorkan kepadanya beraneka macam kendaraan.

Lalu, datanglah Iblis dengan meniupkan kepadanya rasa sombong. Akhirnya, raja itu pergi dengan diiringi kuda-kuda dan memandang manusia dengan rasa sombong. Lantas pada suatu ketika, datang seorang laki-laki yang kumuh, lelaki itu menyalami raja tetapi raja tidak mau menjawab salamnya maka laki-laki itu dengan sigap mengambil tali kekang kuda raja. Raja pun bereaksi seraya berkata, "berikan tali itu, kamu telah berani kurang ajar,"

Lelaki itu menjawab, "aku ada perlu dengan engkau"
Raja menimpali, "tunggu, sampai aku turun"

Lelaki itu bersikukuh, “tidak, aku ingin sekarang,” lalu ia menarik kuat-kuat tali kekang kuda raja maka raja terpaksa mengabulkan permintaannya, "sebutkanlah!"
Lelaki itu mulai menyebutkan, "itu rahasia" maka ia pun mendekati kepalanya seraya mendatangi raja dan berbisik, "aku adalah malaikat maut."

Sekonyong-konyong raut muka raja berubah dan lidahnya bergetar lalu berkata seraya memohon, "tunggulah sampai saya kembali ke tengah-tengah keluarga dan menyelesaikan segala urusan lalu berpesan kepada mereka semua." Malaikat itu menjawab, "tidak, demi Allah kamu tidak akan melihat keluarga kamu lagi selamanya." Seketika itu juga malaikat maut mencabut nyawanya, lantas raja itu jatuh seperti kayu.

Kemudian, malaikat maut itu berlalu dan bertemu dengan seorang hamba yang mukmin. Ia menyampaikan salam terlebih dahulu kepada mukmin tersebut, dan hamba itu menjawab salamnya. Malaikat maut memulai pembicaraan terlebih dahulu dengan berkata, "aku ada perlu dengan engkau, aku akan menyebutkannya di telingamu," hamba itu menjawab, "silahkan," seraya mendekati malaikat itu. Lantas malaikat membisikkannya, "aku adalah malaikat maut maka selesaikanlah dulu keperluanmu yang ingin kamu kerjakan." Hamba mukmin menjawab dengan tegas, "tidak ada keperluan yang lebih besar dan aku cintai daripada bertemu dengan Allah," malaikat menimpali dengan lembut, "maka pilihlah dengan cara apa aku harus mencabut nyawamu?" hamba mukmin menjawab, "apakah mungkin?" malaikat maut berkata, "tentu, karena aku telah diberi wewenang untuk itu," hamba mukmin itu menjawab dengan santai, "tunggulah sampai aku berwudhu dan shalat terlebih dahulu, kemudian cabutlah nyawaku ketika aku sedang sujud." Malaikat maut melulusi permintaan hamba mukmin tersebut dengan mencabut nyawanya ketika ia sedang sujud.

Dari kisah ini, kita dapat lihat bagaimana seorang hamba mukmin yang taat sangat senang bertemu dengan Allah dan ia pun mulia di sisi Allah, sedangkan seorang hamba yang berdosa dan terlena dalam kesenangan dan fitnah duniawi sangat membenci untuk bertemu dengan Allah, karena ia merasa berlumuran dengan dosa-dosa. Setelah membaca kisah ini, seorang yang berakal tentu akan mengambil hikmah dan mengamalkannya.

0 comments:

Post a Comment